Jaga Jarak Muslim Dunia Saat Rayakan Idul Adha
Umat Muslim dunia merayakan Idul Adha dengan menjaga jarak.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Adha dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan jaga jarak (social distancing). Cara ini dilakukan agar pelaksanaan hari raya tetap berlangsung dengan aman.
Hari raya, secara tradisional ditandai dengan banyak orang berkumpul dan beribadah bersama, setelahnya mereka berbagi makanan. Tapi, di tengah pandemi Covid-19 kali ini, umat Muslim terpaksa menjaga jarak dan memakai masker.
Dilansir di Meteo, Sabtu (1/8), Negara mayoritas Muslim, termasuk Pakistan, Uni Emirat Arab dan Aljazair telah mengumumkan pembatasan pertemuan publik ketika krisis Covid-19 berlanjut. Perayaan di sebagian besar negara dimulai kemarin malam dan akan berlanjut selama akhir pekan hingga Senin.
Festival ini dikenal dengan Idul Adha, Idul Qurban atau 'festival pengorbanan'. Perayaan ini memperingati kesediaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya demi Allah SWT.
Nabi Ibrahim akan melanjutkan pengorbanan, ketika Allah menggantikan putranya dengan seekor domba. Allah SWT menyelamatkan hidup sang anak dan mengungkapkan jika perintah untuk mengorbankan sang anak merupakan sebuah ujian.
Banyak Muslim lantas menandai kesempatan itu dengan mengurbankan seekor domba, sapi, atau kambing. Kemudian, dagingnya dipisah menjadi tiga bagian untuk dibagikan kepada kaum dhuafa, di dalam rumah dan kerabat.
Idul Adha juga menandai berakhirnya ibadah haji. Biasanya 2,5 juta jamaah haji dari seluruh dunia memadati kota Makkah dan Madinah di Arab Saudi.
Tahun ini, jumlah orang yang diizinkan untuk melaksanakan haji dibatasi hingga 1.000, yang semuanya sudah tinggal di kerajaan. Arab Saudi mengonfirmasi 270.000 kasus koronavirus dan 2.866 kematian sejak pandemi dimulai.
Di Inggris, hari pertama Idul Adha bertepatan dengan langkah-langkah baru yang diperkenalkan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Orang-orang di Greater Manchester, bagian dari Lancashire Timur dan Yorkshire Barat, dilarang bertemu selain keluarga di dalam ruangan pada tengah malam, dengan hanya dua jam peringatan dari pemerintah.
Para pemimpin Muslim lantas mengecam kabinet Boris Johnson karena pemberitahuan ini mendadak dan mengejutkan. Peraturan tersebut sama dengan memaksa membatalkan perayaan Natal.
Ketika ditanya dalam program BBC Today, apakah langkah-langkah itu diumumkan Kamis malam untuk menghentikan perayaan Idul Adha, Sekretaris Kementerian Kesehatan, Matt Hancock, berkata hal itu tidak terjadi.
"Tidak. Hati saya bersama komunitas Muslim di daerah ini karena saya tahu betapa pentingnya perayaan Idul Adha ini," ujarnya dilansir di Metro, Sabtu (1/8).
Ia juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada para pemimpin Muslim setempat serta para imam di seluruh negeri, yang telah bekerja keras untuk menemukan cara merayakan hari raya yang aman di tengah Covid-19.
Salah satu contoh, umat Muslim merayakan hari raya di ruang-ruang terbuka seperti taman. Berada dalam kerumunan di ruang terbuka disebut lebih aman dibandingkan di dalam ruangan tertutup.
Di Irlandia, sholat Ied diadakan di stadion olahraga Croke Park di Dublin yang berkapasitas 82.000 tempat duduk. Dengan begitu, jamaah memiliki ruang yang cukup untuk menjaga jarak satu sama lain.
Sekitar 200 Muslim terlihat mengenakan masker dan menggelar sajadah di lapangan rumput terawat. Lapangan ini biasanya digunakan sebagai tuan rumah pertandingan utama sepak bola Gaelic.
Perwakilam Dewan Perdamaian dan Integrasi Muslim Irlandia, Sheikh Dr Umar Al-Qadri, menyampaikan sebagian pidatonya. Ia memberikan penghormatan kepada tradisi sambutan dan inklusivitas Irlandia.
"Pandemi ini telah membawa beberapa berkah. Kalau bukan karena pandemi, kita mungkin tidak akan ada di sini. Jika bukan karena pandemi ini, komunitas kita tidak akan bersatu. Sebagai manusia, kita memahami, bersama dan menghadapi tantangan yang sama," kata dia.
Sumber: