Ryan Reynolds Minta Maaf karena Menikah di Boone Hall
Boone Hall memiliki sejarah kelam tentang perbudakan kulit hitam di AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Ryan Reynolds meminta maaf kepada publik karena menyelenggarakan pernikahannya bersama Blake Lively di Boone Hall pada 2012 lalu. Reynolds meminta maaf karena Boone Hall memiliki sejarah kelam mengenai perbudakan kulit hitam.
"Itu adalah hal yang selalu kami sesali dengan sangat mendalam," ujar Reynolds kepada Fast Company dalam sebuah sesi wawancara, seperti dilansir FOX News, Jumat (7/8).
Dalam kesempatan tersebut, Reynolds juga bercerita alasan mengapa dia dan sang istri bisa menikah di sana. Sebelum menikah, Reynolds dan Lively hanya melihat Boone Hall sebagai venue pernikahan tanpa mengetahui sejarah di baliknya.
"Apa yang kami lihat setelah menikah adalah (Boone Hall) sebuah tempat yang dibangun di atas tragedi menghancurkan," tambah Reynolds.
Setelah mengetahui fakta mengenai Boone Hall, Reynolds dan Lively menyelenggarakan pernikahan ulang di rumah mereka. Pernikahan ulang ini dilakukan selang beberapa tahun setelah mereka menikah di Boone Hall.
Reynolds dan Lively merupakan aktor yang aktif dalam mendukung gerakan Black Lives Matter. Keduanya bahkan mendonasikan dana bantuan sebesar 1 juta dolar AS atau sekitar Rp 14,6 miliar kepada NAACP Legal Defense and Educational Fund untuk mendukung gerakan tersebut.
Aktor sekaligus ayah dari tiga orang anak ini juga meluncurkan sebuah program bernama The Group Effort Initiative. Program ini memiliki misi untuk lebih melibatkan orang-orang kulit berwarna yang selama ini termarjinalkan dan terkucilkan di industri perfilman.
"Kami merasa malu bahwa di masa lalu kami membiarkan diri kami tidak mengetahui tentang betapa mengakarnya rasisme sistemik," ungkap Reynolds dan Lively pada Mei lalu saat mengecam ketidakadilan rasial.
Reynolds dan Lively berjanji untuk lebih mengedukasi diri mereka tentang hal-hal tersebut. Keduanya juga berjanji akan turut mengajarkan hal tersebut kepada anak-anak mereka.
"Itu hal yang paling tidak bisa kami lakukan untuk menghargai bukan hanya George Floyd, Ahmaud Arbery, Breonna Taylor, dan Eric Garner, tetapi semua laki-laki dan perempuan berkulit hitam yang terbunuh ketika tidak ada kamera yang merekam," tutur keduanya melalui akun Instagram.