Alasan Mengapa Salam dan Jabat Tangan Sangat Dianjurkan
Salam dan jabat tangan sangat dianjurkan untuk umat Islam
REPUBLIKA.CO.ID, Salam merupakan suatu doa agar orang dijumpainya tersebut bahagia dalam hidupnya dengan keselamatan dan kesejahteraan.
Para ulama telah menjelaskan makna salam dengan jelas, seperti Ibnu Mas'ud RA yang berkata berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW.
"as-salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah SWT dan diperintahkan untuk disebarluaskan agar orang yang menerimanya mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dari Zat as-Salam (Yang Mahasejahtera)."
Di dalam Alquran terdapat sekitar 146 kata salam yang tersebar di beberapa surah dan ayat. Menurut hadits riwayat Bukhari dan Muslim, bunyi salam yang diajarkan Allah SWT kepada Nabi Adam AS untuk disampaikan kepada para malaikat adalah "assalamualaikum".
Saat nabi para malaikat mendengar ucapan salam dari manusia pertama tersebut, para melaikat menjawab "assalamu'alaika wa rahmat Allah", yang berarti semoga Allah memberikan keselamatan , kesejahteraan, dan rahmat-Nya kepadamu.
Kata salam yang berarti selamat, sejahtera, aman, dan sentosa tersebut merupakan kata dasar dari kata kerja salima-yaslamu yang masih serumpun dengan kata Islam yang berasal dari kata aslama-yuslimu.
Imam Nawawi, dalam kitabnya al-Minhaj menyebutkan dalam kitabnya bahwa orang Islam sunnah hukumnya memulai salam dan wajib untuk menjawabnya, "Ketahuilah bahwa memulai salam hukumnya adalah sunnah dan menjawab salam hukumnya adalah wajib."
Namun, jika didasarkan pada firman Allah dalam surat al-An'am ayat 54, hukum memberikan salam adalah sunnah muakadah atau sunnah yang pahalanya lebih besar dari sunnah biasa.
وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ
"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah salamun 'alaikum (Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kamu)." (QS al-An'am [6]:54)
Orang Islam yang tidak mengucapkan salam dipandang belum memenuhi tata cara ajaran Islam. Meskipun lalai mengucapan salam ini tidak mendatangkan dosa, orang yang sering mengabaikan hal tersebut harus segera diingatkan.
Orang Islam, terutama yang hidup di perkotaan sudah semakin jauh dari ucapan salam ini. Apalagi, saat ini sudah banyak ucapan-ucapan yang dianggap modern yang biasa dipraktikkan oleh anak-anak muda.
Melihat hal itu, tentu menjadi penting bagi orang tua untuk selalu membiasakan ucapan salam kepada anak-anaknya sebagaimana yang diajarkan Rasullah SAW agar anak tersebut juga mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Bagi orang yang mengabaikannya, Rasulullah pernah menegur seorang sahabat bernama Kildah bin Hanbali saat berkunjung ke rumahnya tanpa mengucapkan salam.
ارْجِعْ، فَقُلِ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ "؟
"Kembalilah, dan ucapkanlah salam lebih dahulu dan kemudian tanyakan apa boleh masuk ke dalam rumah." (HR at Turmizi).
Ucapan salam ini tidak boleh hanya dijadikan sekadar basa-basi. Jadi, sudah jelas bahwa ucapan salam merupakan suatu doa yang seharusnya diucapkan dengan ikhlas kepada sesama orang Islam.
Saat mengucapkan salam, seorang mukmin juga dianjurkan untuk berjabat tangan. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa dosa-dosa orang yang bersalaman itu berguguran sebagaimana gugurnya daun.
إن المؤمن إذا لقي المؤمن فسلّم عليه، وأخذ بيده فصافحه تناثرت خطاياهما، كما يتناثر ورق الشجر
"Jika seorang mukmin bertemu dengan mukmin yang lain, ia memberi salam padanya, lalu meraih tangannya untuk bersalaman maka berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon." (HR Ath Thabrani)
Ucapan salam bahkan termasuk salah satu amalan Islam yang paling baik dalam Islam, Imam Bukhari menyebut hal ini dalam kitab shahihnya saat seseorang bertanya kepada Nabi.
سئل النبي صلى الله عليه وسلم: أي الإسلام خير؟ قال: تطعم الطعام، وتقرأ السلام على من عرَفت ومن لم تعرف
"Amalan Islam apa yang paling baik?" Rasulullah lantas menjawab, "Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali." (HR Bukhari)