Kelahiran Secara Caesar Pengaruhi Imunitas Anak
Prevalensi tindakan persalinan caesar di Indonesia di angka 17,6 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang anak dapat dilahirkan dengan beragam metode persalinan yang dilakukan atas dasar indikasi medis atau preferensi orang tua. Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi tindakan persalinan caesar di Indonesia di angka 17,6 persen.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fetomaternal DR dr Ali Sungkar SpOG(K) menyatakan bahwa setiap ibu memiliki kondisi yang berbeda. Dalam banyak kasus, operasi caesar adalah prosedur yang menyelamatkan jiwa dan bisa jadi pilihan tepat untuk seorang ibu dan anaknya.
Faktor medis seperti paritas, panggul yang sempit, ketuban pecah dini, pre-eklamsia, janin terlalu besar, kelainan letak janin, dan janin kembar bisa meningkatkan risiko melahirkan secara caesar. Faktor non medis seperti kondisi psikis ibu juga bisa berperan.
"Keputusan tindakan persalinan caesar harus melalui prosedur medis, mulai dari informed consent dan pemberian edukasi mengenai manfaat dan risiko operasi caesar karena metode caesar pada persalinan dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang,” ujar Ali dalam seminar Digital “Optimalkan Imunitas Anak Kelahiran Caesar dengan Mikrobiota Sehat” yang diselenggarakan oleh Nutriclub, pekan ini.
Orang tua yang memiliki potensi kelahiran caesar biasanya sudah mempersiapkan berbagai hal untuk kesehatan ibu dan anak. Namun, ada satu hal yang perlu diketahui lebih banyak orang tua, yaitu bahwa metode kelahiran caesar dapat memengaruhi sistem imun anak. Sebab, jalur lahir dapat memengaruhi kolonisasi bakteri dan mikrobiota saluran cerna yang penting untuk perkembangan imunitas anak.
“Metode persalinan dapat menentukan jenis mikrobiota yang nantinya akan menghuni usus anak," jelas Ali.
Anak yang lahir secara pervaginam akan dikolonisasi oleh bakteri vagina dan feses ibu, termasuk Lactobacillus dan Bifidobacterium. Sedangkan, anak yang lahir secara caesar, proses kolonisasi mikrobiotanya terpengaruh faktor eksternal sehingga terjadi ketidakseimbangan mikrobiota usus.
Kolonisasi mikrobiota usus merupakan hal yang krusial dalam menjaga kesehatan bayi. Paparan pertama dengan komunitas mikrobiota maternal (vagina, feses, Air Susu Ibu, mulut, dan kulit) akan menentukan kematangan usus, perkembangan metabolik dan imunologi.
"Kondisi itu juga memiliki konsekuensi status kesehatan jangka pendek dan jangka panjang,” kata Ali.