China Tahan Penyiar Televisi Warga Australia

China telah menahan seorang warga Australia yang bekerja sebagai pembawa acara TV

AAP
Bendera Australia dan Cina. China telah menahan seorang warga Australia yang bekerja sebagai pembawa acara TV. Ilustrasi.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas China telah menahan seorang warga Australia yang bekerja sebagai pembawa acara televisi. Kementerian Luar Negeri mengatakan pembawa berita di China Global Television Network (CGTN) Cheng Lei telah ditahan dua pekan lalu.

Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan pihak konsuler telah melakukan pertemuan virtual dengan Cheng melalui panggilan video. Kementerian Luar Negeri Australia akan terus memberikan bantuan kepada Cheng.

"Pejabat Australia melakukan kunjungan konsuler awal dengan Cheng di fasilitas penahanan melalui tautan video pada 27 Agustus dan akan terus memberikan bantuan dan dukungan kepada keluarganya," kata pernyataan dari Kementerian Luar Negeri dilansir BBC, Selasa (1/9).

Cheng memiliki dua anak yang masih kecil di Australia. ABC News menyebut teman dan keluarganya tidak mendengar kabar dari Cheng dalam beberapa pekan terakhir. Keluarga Cheng telah berkonsultasi dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia. Mereka berharap kasus penahanan Cheng bisa segera diselesaikan.

CGTN adalah saluran berita internasional berbahasa Inggris yang dimiliki oleh China Central Television (CCTV) dan dikendalikan Partai Komunis China. CGTN ditujukan untuk penonton di luar negeri. Lembaga think tank Lowy Institute mengatakan pemerintah China menggunakan CGTN untuk membantu membentuk opini global yang positif tentang negara tersebut.

Cheng telah bekerja untuk CGTN selama delapan tahun. Sebelumnya dia adalah koresponden CNBC Asia di China. Setelah ditahan, profil Cheng di situs CGTN dihapus bersama dengan beberapa artikelnya.

Sebelumnya pada Januari 2019, China menahan penulis berkebangsaan China-Australia Yang Hengjun karena diduga membahayakan keamanan nasional China. Hingga kini, penulis tersebut belum dibebaskan.

Pada Juli lalu, pemerintah Australia memperingatkan warganya bahwa mereka menghadapi peningkatan risiko penahanan di China. Ketegangan antara Australia dan China telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Peningkatan terjadi setelah Australia menyerukan penyelidikan resmi tentang asal usul pandemi virus corona yang awalnya muncul di Wuhan, China.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler