India-China tak Tetapkan Waktu untuk Lepas Pasukan
Kedua negara hanya setuju bahwa masing-masing pihak harus mematuhi semua perjanjian
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pemerintah India dan China sepakat untuk agar pasukan yang dikerahkan di perbatasan kedua negara menahan diri, menyusul ketegangan yang berlangsung. Dalam pertemuan antara menteri luar negeri kedua negara pada Kamis (10/9) malam, kesepakatan untuk menjaga jarak dan meredakan ketegangan tercapai.
Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu di Ibu Kota Moskow, Rusia. Keduanya setuju bahwa situasi di perbatasan negara mereka saat ini bukanlah apa yang bertujuan untuk kepentingan bersama. Meski demikian, dalam kesepakatan untuk meredakan ketegangan, baik India maupun China tidak menetapkan batas waktu untuk melepas puluhan ribu pasukan di perbatasan.
Kedua negara hanya setuju bahwa masing-masing pihak harus mematuhi semua perjanjian dan protokol yang ada tentang urusan di perbatasan, menjaga perdamaian, dan ketenangan di daerah perbatasan, serta menghindari tindakan apa pun yang dapat meningkatkan masalah.
Awal pekan ini, Jaishankar menggambarkan situasi di perbatasan dengan China sebagai masalah sangat serius dan mengatakan ini tidak dapat dipisahkan dari kondisi hubungan dua negara. Dalam pertemuan ini, India dan Cina sepakat saat situasinya mereda, mereka harus mempercepat pekerjaan untuk menyimpulkan cara membangun kepercayaan baru, guna menjaga dan meningkatkan perdamaian, serta ketenangan di daerah perbatasan.
Dalam pernyataan terpisah, Wang mengatakan Cina memiliki sikap tegas atas situasi di perbatasan. Ia juga menekankan bahwa kewajibannya adalah untuk segera menghentikan provokasi seperti penembakan dan tindakan berbahaya lainnya yang melanggar komitmen yang dibuat oleh kedua belah pihak.
“Penting untuk menarik personel militer dan peralatan yang masuk tanpa izin. Pasukan perbatasan harus segera melepaskan diri sehingga situasi dapat mereda,” ujar Wang.
Perbatasan sepanjang 3.500 kilometer (2.175 mil) yang disengketakan antara kedua negara membentang dari wilayah Ladakh di utara China hingga negara bagian Sikkim di India. Kebuntuan terbaru terjadi pada bagian dari lanskap murni yang menawarkan jalur pendaratan tertinggi di dunia dan gletser yang memberi makan salah satu sistem irigasi terbesar di dunia.
India dan China saling menuduh satu sama lain telah melakukan tindakan provokatif. Termasuk di antaranya menyeberang ke wilayah satu sama lain dan keduanya telah menyatakan akan selalu melindungi keutuhan wilayah negara masing-masing.
Pasukan India dan China pernah berperang di perbatasan pada 1962 yang meluas ke Ladakh dan berakhir dengan gencatan senjata. Sejak itu, pasukan masing-masing negara menjaga daerah perbatasan yang belum ditentukan, di mana sesekali bentrokan terjadi. Namun, kedua pihak sepakat untuk tidak saling menyerang dengan senjata api.
Tetapi, pada Mei dan Juni pasukan India dan China terlibat dalam bentrokan menggunakan batu dan tinju di area punggung bukit yang tinggi pada 15 Juni. Insiden menyebabkan 20 tentara India tewas, sementara tidak ada korban dari pihak China.