Tanda-tanda Indonesia Resesi Mulai Terlihat Sejak Kuartal I

Tanda-tanda resesi dilihat dari realisasi pertumbuhan pada kuartal I yang rendah.

Republika
Indonesia akan hadapi resesi ekonomi.
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- tanda-tanda akan terjadinya resesi pada perekonomian Indonesia untuk tahun ini sudah mulai terlihat sejak kuartal I-2020. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu.
 
“Kita sudah resesi, bahkan perlambatannya sudah mulai terjadi di kuartal I. Tanda-tandanya sudah mulai bukan di kuartal II tapi kuartal I pun sebenarnya sudah signifikan sekali pertumbuhan ekonominya terkoreksi,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat (25/9).

Febrio mengatakan tanda-tanda terjadinya perekonomian Indonesia mengalami resesi pada tahun ini dilihat dari realisasi pertumbuhan pada kuartal I yang tergolong rendah yaitu 2,97 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 5,07 persen (yoy).

Realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tersebut juga mengalami kontraksi sebesar 2,41 persen dibandingkan kuartal IV tahun sebelumnya yang tercatat 4,97 persen (yoy).

Selanjutnya ia menuturkan pelemahan ekonomi terjadi semakin dalam pada realisasi kuartal II yakni terkontraksi mencapai 5,32 persen (yoy) dan minus 4,19 persen jika dibandingkan dengan kuartal I 2020.

Sementara itu Febrio menyebutkan untuk pertumbuhan ekonomi pada kuartal III mendatang diperkirakan masih akan menyentuh zona negatif yakni antara minus 2,9 persen sampai minus 1 persen.

Meski demikian, menurutnya meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal III diproyeksikan berada dalam zona negatif namun masih akan lebih baik dibandingkan dengan realisasi kuartal sebelumnya.

“Kalau kita lihat data kuartal I sudah melambat di bawah 5 persen, kuartal II apa lagi itu dalam sekali, kuartal III kita perkirakan berada di sekitar minus 2,9 persen sampai minus 1 persen. Berati memang sudah resesi,” tegasnya.

Sementara itu, ia memastikan pemerintah terus berupaya untuk mendorong perekonomian agar realisasi pertumbuhan pada kuartal IV bisa lebih baik meskipun secara keseluruhan tahun ini akan berada di teritori negatif yaitu minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen.

“Nah harapannya kuartal IV akan membaik apa tidak, ini yang menjadi fokus ke depan sebenarnya. Kalau resesi sebenarnya kita sepanjang tahun ini sudah resesi,” katanya.

Ia melanjutkan pemerintah optimis untuk pertumbuhan ekonomi tahun depan akan mampu mencapai target yaitu antara 4,5 persen sampai 5,5 persen karena adanya basis yang rendah dari tahun ini. “Kalau kita berada di pertumbuhan yang rendah pada 2020 itu menjadi basis yang rendah sehingga pertumbuhan untuk 4,5 persen sampai 5,5 persen harusnya cukup realistis untuk 2021,” tegasnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler