Stres Akibat Covid-19 Buat Banyak Orang Alami Gigi Retak

Lonjakan gigi retak kemungkinan disebabkan oleh peningkatan stres.

ANTARA/Maulana Surya
Dokter memakai alat pelindung diri (APD) level III (tiga) saat memeriksa kesehatan gigi pasien.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 menjadi sesuatu yang harus dihadapi oleh banyak orang di seluruh dunia. Banyak negara yang menerapkan aturan pembatasan untuk mengendalikan penyebaran wabah.

Aturan pembatasan tersebut ternyata berdampak besar untuk kesehatan banyak orang, tak terkecuali dalam hal kesehatan gigi. Menurut laporan CNN, di Amerika Serikat (AS) terjadi lonjakan kasus gigi yang retak selama enam bulan terakhir.

Menurut sejumlah dokter gigi, disebabkan oleh stres selama pandemi yang dialami orang-orang. Paul Koshgerian, seorang ahli bedah mulut di San Diego mengatakan bahwa sebelum pandemi, hanya ada sekitar satu kasus gigi retak setiap satu atau dua hari sekali.

Namun, selama pandemi, ada dua hingga lima kasus gigi retak setiap harinya. Derek Peek, ahli kesehatan mulut lainnya di Iowa, mengatakan bahwa di kliniknya telah menerima lebih banyak pasien hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.

“Virus corona jenis baru tidak membuat gigi lebih rapuh. Namun, kecemasan yang menyelimuti segala sesuatu yang terjadi telah membuat termostat semua orang diputar beberapa tingkat,” ujar Koshgerian, dilansir The Independent, Rabu (30/9).

Koshgerian mengatakan lonjakan gigi retak kemungkinan disebabkan oleh peningkatan bruxism yang diinduksi oleh stres, umumnya dikenal sebagai gigi menggeretakkan gigi. Bruxing terjadi saat pasien mengatupkan atau menggeretakkan rahang, yang dapat menyebabkan sakit kepala tegang, nyeri rahang, kerusakan pipi, dan gigi retak atau patah.

Hal tersebut juga dapat menyebabkan postur tubuh yang buruk dan dengan banyak orang harus berimprovisasi di ruang kerja di rumah, dukungan punggung yang buruk sudah ada dalam radar dokter. Mengingat sifat COVID-19 mungkin tidak mengherankan bahwa lebih banyak orang menghindari pergi ke dokter gigi karena takut tertular.

Menurut survei Guardian Life baru-baru ini yang dikutip oleh USA Today, hanya satu dari lima orang dewasa yang mengunjungi dokter gigi selama pandemi, meskipun dua dari lima orang dewasa mengatakan mereka mengalami masalah gigi sejak Maret. Tetapi dokter memperingatkan bahwa seiring berjalannya waktu, masalah gigi biasanya menjadi lebih berbahaya dan mahal.

Dokter gigi mengatakan bruxism dapat diobati dengan pelindung mulut, tetapi mereka juga menekankan pentingnya manajemen stres. Ini tentu saja juga harus dilakukan bersama dengan menyikat dan membersihkan gigi setiap hari.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler