BPS: September 2020 Kembali Deflasi

Indonesia mengalami deflasi tiga bulan berturut-turut.

Deflasi (ilustrasi)
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKATA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan deflasi kembali terjadi sepanjang bulan September 2020. Deflasi tercatat sebesar 0,05 persen, melanjutkan laju deflasi yang terjadi sejak Juli lalu.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, dengan kembali terjadinya deflasi bulan lalu, maka laju angka inflasi tahun kalender (year to date/ytd) sebesar 0,89 persen sedangkan secara tahunan (year on year/yoy) hanya 1,42 persen.

"Terjadi deflasi berturut-turut selama tiga bulan. Bulan Juli deflasi 0,10 persen, Agustus 0,05 persen, dan September deflasi 0,05 persen," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers, Kamis (1/10).

Ia mengatakan, deflasi terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi 0,37 persen. Kelompok tersebut memberikan andil deflasi sebesar 0,09 persen pada angka deflasi September 2020.

Adapun komoditas yang paling menyumbang deflasi yakni daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing 0,04 persen. Daging ayam ras mengalami penurunan di 67 kota indeks harga konsumen (IHK) dan harga telur ayam ras turun di 79 kota IHK.

Selain itu, komoditas pangan yang menyumbang deflasi yakni bawang merah sebesar 0,02 persen serta tomat dan cabai rawit yang deflasi 0,01 persen.

Lebih lanjut, kelompok lain yang paling menyumbang deflasi yakni transportasi. Kelompok tersebut mengalami deflasi 0,33 persen dan memberikan andil deflasi 0,04 persen pada bulan September. Komoditas yang paling besar menyumbang deflasi yakni tarif angkutan udara.

"Terjadi penurunan harga tiket di 40 kota IHK," ujarnya.

Suhariyanto mengatakan, terjadinya deflasi itu menunjukkan bahwa dari sisi permintaan masyarakat masih rendah. Dengan kata lain, mencerminkan daya beli yang lemah.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler