Pergerakan Wisatawan Domestik ke Jatim Capai 2,4 Juta Orang

Bukanya destinasi tergantung kedisplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan.

Antara/Budi Candra Setya
Salah satu objek di Jawa Timur, Kawah Gunung Ijen, Banyuwangi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur menyatakan, pergerakan wisatawan lokal yang tercatat hingga 24 September 2020 sekitar 2,4 juta orang.
Rep: Dadang Kurnia Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Sinarto mengatakan, pergerakan wisatawan lokal yang tercatat hingga 24 September 2020 sekitar 2,4 juta orang. Hal ini seiring dibukanya kembali sejumlah destinasi wisata.

Baca Juga


Sinarto mengungkapkan, hingga akhir September 2020 sekitar 60 persen dari total 969 destinasi wisata di wilayah setempat telah dilakukan pembukaan kembali. Sebelumnya, tempat-tempat wisata tersebut ditutup total akibat wabah Covid-19.

Begitupun tingkat keterisian atau okupansi hotel yang diakuinya juga merangkak naik. Dimana di area-area wisata tingkat keterisian hotel mencapai 70 persen hingga akhir September 2020.

"Alhamdulillah sudah 60 persen destinasi di Jatim yang buka. Pergerakan wisatawan lokal terus naik di angka 2,4 juta, sementara okupansi hotel sampai 70 persen," kata Sinarto di Surabaya, Senin (5/10).

Menurut Sinarto, kebanyakan destinasi wisata yang sudah buka dan beroperasi adalah wisata alam. Sementara wisata buatan, masih sedikit yang buka dan beroperasi karena masih menyesuaikan dengan kebijakan Satgas Covid-19 di masing-masing daerah.

"Meski daerahnya zona orange, tapi kalau pengelola dan pemerintah daerahnya punya komitmen menegakkan protokol kesehatan (di area wisata), bisa saja destinasi dibuka. Karena wewenang membuka destinasi adalah wewenang pemerintah daerah," ujarnya.

Sinarto mengingatkan masyarakat untuk dengan ketat mematuhi protokol pencegahan penularan Covid-19 di area-area wisata. Karena, kata dia, masyarakat juga menjadi penentu utama bagaimana destinasi-destinasi wisata di Jatim bisa tetap dibuka. Artinya, ketika tingkat kepatuhan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan di area wisata tinggi, maka destinasi wisata bisa terus dibuka.

"Masyarakat adalah salah satu penentu utama. Harus mematuhi protokol kesehatan. Karena dia harus kita senangkan tapi juga harus bisa menjaga diri. Supaya tetap sehat saat masuk ke area-area wisata," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler