Dua Bank Besar Arab Saudi Merger

Bank hasil merger ini akan mengendalikan aset sekitar 223 miliar dolar AS.

Pixabay
Ilustrasi Merger Perusahaan
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- National Commercial Bank (NCB) Arab Saudi akan membeli Samba Financial Group dalam kesepakatan senilai 14,8 miliar dolar AS. Merger ini akan menciptakan bank terbesar di negara kerajaan itu.

"Bank hasil merger ini akan mengendalikan aset sekitar 223 miliar dolar AS dan kapitalisasi pasar 46 miliar dolar AS," kata National Commercial Bank (NCB) dalam pengajuan di pasar saham Tadawul Riyadh yang mengumumkan kesepakatan tersebut, dilansir di AP, Senin (12/10).

Selain itu, bank hasil merger ini juga akan menguasai seperempat dari pangsa pasar industri perbankan di Arab Saudi. NCB akan membayar Samba dengan premi sebesar 3,5 persen pada harga penutupan sahamnya pada hari Kamis dalam kesepakatan tersebut. Selanjutnya Samba akan menggunakan merek NCB.

Pemegang saham terbesar bank setelah merger adalah Dana Investasi Swasta Arab Saudi, Badan Pensiun Umum dan Organisasi Umum untuk Asuransi Sosial, yang semuanya adalah entitas pemerintah.

Kedua bank menggambarkan merger tersebut sesuai dengan rencana Visi 2030 kerajaan yang merupakan gagasan dari Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Rencana itu menyerukan Arab Saudi untuk berhenti mengandalkan ekspor minyak sambil menciptakan lapangan kerja baru bagi jutaan kaum mudanya.

"Arab Saudi sedang menjalani transformasi bersejarah dengan Visi 2030," kata ketua NCB Saeed al-Ghamdi.

"Ambisi kami adalah untuk menciptakan juara nasional yang dapat memfasilitasi transformasi yang digambarkan di bawah Visi 2030 dan menciptakan pelopor layanan perbankan generasi mendatang yang membina pemimpin industri masa depan," ujarnya menambahkan.

NCB adalah bank pertama Arab Saudi yang memiliki lisensi resmi di kerajaan pada tahun 1953. Sedangkan Samba tumbuh dari Citibank yang hadir pada tahun 1955.

Samba kemudian menjadi Saudi American Bank menyusul keputusan kerajaan pada tahun 1980, dengan Citibank perlahan-lahan melakukan divestasi dari waktu ke waktu hingga menjual saham terakhirnya pada 2004 silam.

Rencana merger ini telah dikabarkan selama berbulan-bulan. Lembaga pemeringkat Moody’s mengatakan akan membantu NCB menjadi salah satu bank yang mematuhi hukum syariah bersama dengan sesama bank Saudi, Al Rajhi dan Kuwait Finance House.

Merger ini juga terjadi ketika kerajaan bergulat dengan pandemi virus corona dan harga minyak turun ke posisi 40 dolar AS per barel di tengah perlambatan ekonomi global.

"Kombinasi harga minyak yang lebih rendah, kondisi ekonomi yang memburuk, dan persaingan yang ketat antar bank mendorong gelombang baru merger dan akuisisi di Arab Saudi dan di seluruh kawasan Teluk yang lebih luas," kata Moody's dalam sebuah pernyataan pada September lalu.


sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler