Mendag: Surplus Neraca September Jadi Sinyal Pemulihan

Surplus ini merupakan surplus bulanan ketujuh kalinya sepanjang 2020.

Antara/Sigid Kurniawan
Pekerja memantau bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (15/10/2020). Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan RI pada September 2020 mengalami surplus 2,44 miliar dolar AS dengan nilai ekspor sebesar 14,01 miliar dolar AS dan impor 11,57 miliar dolar AS, sehingga Indonesia mengalami surplus untuk kelima kalinya tahun ini sejak Mei 2020.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyampaikan neraca perdagangan Indonesia pada September 2020 surplus sebesar 2,44 miliar dolar AS. Peningkatan kinerja perdagangan tersebut dinilai sebagai sinyal kembali pulihnya perekonomian nasional.


“Surplus September 2020 mencapai 2,44 miliar dolar AS. Surplus ini merupakan surplus bulanan ketujuh kalinya sepanjang 2020 dan melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima pada Ahad (18/10).

Mendag pun menegaskan, peningkatan surplus perdagangan itu terutama disebabkan surplus nonmigas menjadi 2,91 miliar dolar AS. Komoditas penyumbang surplus pada September 2020 tersebut antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15); bahan bakar mineral (HS 27); serta besi dan baja (HS 72). Sementara itu, negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina menyumbang surplus nonmigas terbesar selama September 2020 yang jumlahnya mencapai 2,13 miliar dolar AS. 

Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada Januari sampai September 2020 tercatat surplus 13,51 miliar dolar AS. Surplus tersebut melampaui surplus neraca perdagangan 2017 yang mencapai 11,84 miliar dolar AS. Itu merupakan nilai surplus tertinggi dalam lima tahun terakhir yakni periode 2015 sampai 2019.

Ekspor September 2020 menguat pada September 2020. Nilai total ekspor Indonesia mencapai USD 14,0 miliar, tercatat sedikit di atas rata-rata nilai ekspor awal tahun 2020 (Januari–Maret) yang sebesar 13,9 miliar dolar AS per bulan. Peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada September 2020 sebesar 7 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) ini didorong adanya kenaikan ekspor migas (17,4 persen MoM) maupun nonmigas (6,5 persen MoM). 

“Ekspor Indonesia menunjukkan tren penguatan setelah mengalami kontraksi terdalam pada Mei 2020 akibat dampak negatif pandemi Covid-19,” jelas Agus. Ia juga menjelaskan, sektor pertanian dan industri berkontribusi terhadap surplus September 2020. 

“Peningkatan ekspor nonmigas pada September 2020 disebabkan oleh melonjaknya ekspor sektor pertanian dan industri, masing-masing sebesar 20,8 persen dan 7,4 persen mtm," tutur dia. 

Dirinya menambahkan, produk ekspor pertanian yang meningkat pesat pada September 2020 dibandingkan Agustus 2020 yakni sayuran (naik 80,3 persen), buah-buahan (naik 13,8 persen), serta kopi, teh dan rempah-rempah (naik 25,8 persen). Sementara, produk utama sektor industri yang meningkat pesat di antaranya besi dan baja (naik 32,5 persen), kendaraan dan bagiannya (naik 28,3 persen), serta lemak dan minyak hewan/nabati (naik 13,1persen). 

Secara umum, ekspor nonmigas Indonesia ke pasar utama pada September 2020 turut meningkat. Ekspor ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT), AS, dan Jepang masing-masing meningkat sebesar 6,6 persen, 4,1 persen, dan 8,1 persen (MoM). Lalu ekspor ke kawasan negara-negara berkembang relatif menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Sebagai contoh, ekspor ke Afrika Timur pada September 2020 tumbuh 44,7 persen (MoM), sedangkan ke wilayah Amerika Tengah tumbuh 43,1 persen (MoM). 

Ekspor ke Asia Tenggara yang juga merupakan pasar utama Indonesia turut naik 7,2 persen MoM. Secara kumulatif, kinerja ekspor nonmigas Indonesia periode Januari sampai September 2020 turun 3,8 persen dibandingkan Januari sampai September 2019 (YoY). Meskipun demikian, terdapat produk ekspor utama yang meningkat seperti produk lemak dan minyak hewan/nabati (11,5 persen YoY), besi dan baja (36,3 persen YoY), logam mulia dan perhiasan/permata (32,4 persen YoY), serta alas kaki (7,6 persen YoY).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler