Wamen: Transportasi Darat Menggeliat Pertanda Ekonomi Pulih
Lalu lintas jalan tol di trans Jawa dan Sumatera sudah mencapai di atas 50 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri (Wamen) BUMN Kartika Wirjoatmodjo menilai bahwa transportasi darat yang mulai menggeliat menjadi pertanda perbaikan ekonomi.
"Kalau kita lihat di toll road ada berita positif, transportasi darat sudah mulai menggeliat. Ini kita harapkan menjadi pertanda bahwa masyarakat mulai beraktivitas baik untuk bisnis maupun untuk wisata," ujar Kartika Wirjoatmodjo dalam seminar rangkaian Capital Market Summit & Expo 2020, Selasa (20/10).
Ia menyampaikan lalu lintas jalan tol di trans Jawa dan Sumatera sudah mencapai di atas 50 persen. Kendati demikian, lanjut dia, meski terdapat peningkatan aktivitas dalam transportasi darat, kinerja BUMN bidang transportasi tidak serta merta mengalami perbaikan, hal itu dikarenakan masyarakat cenderung memilih kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum.
"Ada perpindahan moda, dari kereta dan pesawat sekarang banyak masyarakat bepergian dengan mobil pribadi," kata Tiko, demikian ia biasa disapa.
Tiko mengemukakan, terdapat tiga sektor BUMN yang saat ini masih merasakan dampak dari pandemi Covid-19, yakni energi, pariwisata, dan infrastruktur. "Sektor infrastruktur, khususnya pada transportasi seperti KAI. Kalau kita lihat dari sisi kereta api, traffic penumpang per hari hanya 16 persen, masih sangat lambat karena memang keinginan masyarakat untuk naik transportasi umum masih rendah karena Covid-19," katanya.
Sektor pariwisata, lanjut dia, penerapan PSBB memberi dampak cukup signifikan terhadap airline, hotel dan lainnya. Di energi, ia menyebutkan, PLN dan Pertamina yang mengalami dampak paling buruk seiring berkurangnya konsumsi listrik dan bahan bakar.
Maka itu, ia menyampaikan, Kementerian BUMN telah menyusun sejumlah strategi diantaranya memproteksi SDM, stabilisasi supply chain, financial stress testing, menjaga customer engagement, dan merealisasikan kesempatan baru.
Dalam hal memproteksi SDM, kita ubah secara drastis pola kerjanya, terutama pada public service, seperti di airport, bank dan sektor lain yang merupakan pelayanan jasa sehingga bisa melindungi pegawai dan mengalami risiko yang lebih kecil terjangkit," paparnya.
Kemudian, lanjut dia, memperbaiki rantai pasok (supply chain), terutama sektor kesehatan agar dapat efektif menangani pandemi Covid-19. "Supply chain ketersediaan pangan juga kita perbaiki untuk memastikan pangan di seluruh Indonesia tidak mengalami kekurangan. Sehingga kita bisa lihat setelah berjalan 6-7 bulan Covid-19 ini harga pangan terjaga dengan baik," ucapnya.
Dari sisi keuangan, Tiko demikian ia biasa disapa, pihaknya melakukan "financials stress testing" yang diikuti dengan restrukturisasi.