Prabowo ke AS, Pakar: AS Mau Indonesia tak Jatuh ke China

AS melihat kedekatan ekonomi Indonesia terhadap China.

EPA
Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, bertolak ke Amerika pada Kamis (15/10) untuk memenuhi undangan Menteri Pertahanan Amerika. Prabowo selama dua dekade masuk daftar hitam Amerika karena diduga sebagai pelaku pelanggaran HAM.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan, undangan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (Memhan AS) kepada Menhan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke AS harus dilihat sebagai strategi AS menghadapi China. Dia melihat, AS ingin agar Indonesia tidak jatuh dalam perangkap China.

"AS melihat hal ini karena kedekatan ekonomi Indonesia terhadap China. Dikhawatirkan ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap China akan melemahkan prinsip kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas aktif," ujar Hikmahanto saat dikonfirmasi, Rabu (21/10).

Baca Juga



Menurut Hikmahanto, Indonesia diprediksi oleh AS akan jatuh ke tangan China dengan ketergantungan ekonominya dan mudah dikendalikan oleh Beijing. Padahal, kata dia, Indonesia adalah negara strategis dan memiliki peran yang sentral di kawasan Asia Pasifik, baik untuk AS maupun China.

Kemudian, dalam Buku Putih Departemen Pertahanan AS disebutkan, China berniat untuk membangun pangkalan militer di Indonesia. Karena itu pula Menhan AS mengundang Menhan Indonesia untuk memperkuat kerja sama pertahanan kedua negara.

"Tapi di balik kerja sama itu AS ingin agar Indonesia tidak jatuh dalam perangkap China," jelas Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani tersebut.

Selain itu, Hikmahanto menerangkan, AS juga ingin memberi pesan kepada China. Pesan bahwa Indonesia berpihak kepada AS, terutama dalam ketegangan AS-China di Laut China Selatan. Dia menilai, dalam konteks itu Menhan Indonesia harus tetap berngkat ke AS untuk menghadiri undangan Menhan AS.

"Keberangkatannya untuk menegaskan bahwa Indonesia bersahabat dengan siapapun negara," terang Hikmahanto.

Kunjungan Menhan Indonesia ke Washington DC, AS guna memenuhi undangan mitranya, Menhan AS, Mark Esper, dikabarkan berlangsung hangat dan produktif. Hal ini menunjukkan kedekatan dan arti penting kerja sama bilateral RI-AS, khususnya di bidang pertahanan dan keamanan yang menjadi salah satu pilar hubungan bilateral kedua negara.

Menurut KBRI Washington DC, kunjungan Menhan Prabowo dan delegasi ke Pentagon, yang notabene adalah markas besar tentara AS dijamu dalam acara santap siang. Kunjungan itu juga dihadiri oleh Dubes RI untuk AS Muhammad Lutfi dan Atase Pertahanan KBRI Washington DC, Marsekal Pertama Age Wiraksono.

Lawatan resmi ini merupakan bagian dari diplomasi pertahanan yang secara aktif dijalankan oleh Menhan RI dengan mitranya dari berbagai negara, termasuk AS yang merupakan salah satu mitra strategis RI. Selain berbagi pandangan mengenai keamanan regional, prioritas pertahanan bilateral, dan akuisisi pertahanan, kedua Menhan secara khusus membahas mengenai upaya meningkatkan kegiatan kerja sama militer dan keamanan maritim.

Prabowo juga mengapresiasi dukungan AS dalam upaya memodernisasi alutsista Indonesia. Kunjungan Menhan Prabowo tercatat telah menghasilkan sejumlah kesepakatan penting. Antara lain terkait kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan untuk taruna/kadet TNI di berbagai lembaga pendidikan militer di AS.

Selain itu, kedua Menhan sepakat untuk bekerja sama dalam rangka melakukan repatriasi jenazah tentara AS yang hilang di Indonesia selama Perang Dunia II. Di akhir pertemuan, Prabowo menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah AS atas bantuan ventilator untuk penanganan Covid-19 di Indonesia.

Republika.co.id, sudah mencoba mengonfirmasi lebih lanjut terkait dukungan AS dalam upaya memodernisasi alutsista yang disebutkan di atas ke Jubir Menhan Indonesia, Dahnil Anzar Simanjuntak. Namun, belum ada jawaban hingga berita ini ditulis.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler