Ini Strategi Kementan Hadapi Bahaya La Nina
Antisipasi La Nina diawali dengan pemetaan di seluruh wilayah banjir yang ada sawah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengambil sejumlah kebijakan untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak badai La Nina yang mulai menerjang sebagian wilayah Indonesia. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, terdapat sejumlah strategi kebijakan yang sudah diambil untuk mitigasi La Nina.
Antisipasi bahaya La Nina, kata Syahrul, diawali dengan pemetaan di seluruh wilayah banjir yang terdapat area persawahan. Syahrul meminta petugas Brigade La Nina yang telah dibentuk bisa melakukan pemetaan mulai saat ini sehingga antisipasi banjir dapat dilakukan dengan cepat.
"Kemudian kami mengaplikasikan early warning system dan memantau semua informasi yang ada di BMKG. Kita juga membentuk gerakkan brigade banjir, brigade tanam, dan brigade panen," kata Syahrul di Jakarta, Senin (26/10).
Menurutnya, pemerintah siap menjaga daerah lumbung dan melakukan pompanisasi in-out dari sawah serta rehabilitasi jaringan irigasi tersier atau kuarter. Langkah ini perlu dilakukan untuk mempersiapkan kemungkinan terendamnya sawah serta tanaman.
Syahrul juga mendorong para petani agar menggunakan benih tahan genangan seperti Inpara 1 sampai 10, Inpari 29, Inpari 30, Ciherang Sub 1, Inpari 42 Agritan, dan varietas unggul lokal yang tahan genangan.
"Yang paling penting lakukan klaim asuransi usaha tani padi bagi yang sudah mendaftar dan bantuan benih gratis bagi yang puso. Dan terakhir, perbaiki cara pascapanen dengan menggunakan dryer atau pengering dan rice milling unit," katanya.
Mentan mengatakan, langkah tersebut diambil sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang meminta jajarannya untuk mengantisipasi dampak La Nina. Badai La Nina dengan curah hujan tinggi bisa berdampak pada sektor pertanian, perikanan, perhubungan, dan lingkungan hidup.
Diketahui, Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka minus 0,5 derajat celcius. Angka itu menjadi ambang batas kategori La Nina.
Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah minus 0,6 derjat celcius pada bulan Agustus, dan minus 0,9 derajat celcius pada bulan September 2020.