IOC: Olimpiade Bukan Arena Demonstrasi
IOC respons seruan untuk dilakukan perubahan pada 50 Aturan Piagam Olimpiade.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach menegaskan bahwa Olimpiade bukan berkaitan dengan dengan politik dan harus diawasi agar tidak menjadi arena demonstrasi.
Pernyataan tersebut dilontarkannya sehubungan dengan semakin berkembangnya gerakan "Black Lives Matter" yang memprotes ketidakadilan rasial. Adanya gelombang tersebut memunculkan seruan untuk dilakukan perubahan pada 50 Aturan Piagam Olimpiade, yang melarang segala bentuk protes politik selama Olimpiade.
Namun awal Oktober, Kepala Atletik Dunia Sebastian Coe mengutarakan keyakinannya bahwa para atlet memiliki hak untuk melakukan protes politik selama Olimpiade, yang mana hal ini bertentangan dengan kebijakan resmi IOC.
Menyikapi pernyataan ketua badan atletik dunia tersebut, Bach pun menuliskan pandangannya kepada sebuah surat kabar.
"Olimpiade pertama-tama tentang olahraga. Para atlet melambangkan nilai-nilai keunggulan, solidaritas, dan perdamaian," tulis Bach kepada sebuah surat kabar, yang dikutip Reuters, Senin (26/10).
"Mereka mengungkapkan inklusifitas dan saling menghormati juga dengan bersikap netral secara politik di lapangan permainan dan selama upacara. Kadang-kadang, fokus pada olahraga perlu diselaraskan dengan kebebasan berbicara yang juga dinikmati oleh semua atlet di Olimpiade,"
"Kekuatan pemersatu Olimpiade hanya bisa terungkap jika semua orang menunjukkan rasa hormat dan solidaritas satu sama lain. Jika tidak, Olimpiade akan berubah menjadi pasar dari segala jenis demonstrasi, memecah dan tidak menyatukan dunia," Bach menuliskan.
Bach menegaskan bahwa pertandingan Olimpiade bukan tentang politik. IOC, sebagai organisasi sipil non-pemerintah, secara politik netral setiap saat.