Dolar AS Melemah di Tengah Penguatan Wall Street

Indeks dolar jatuh 0,95 persen terhadap sekeranjang mata uang utama menjadi 92,51.

ANTARA/Dhemas Reviyanto
Dolar AS jatuh ke level terendah dua minggu terhadap sekeranjang mata uang dan ke terendah tujuh bulan terhadap yen Jepang pada akhir perdagangan Kamis (5/11), karena lonjakan pasar saham mengurangi permintaan untuk greenback.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS jatuh ke level terendah dua minggu terhadap sekeranjang mata uang dan ke terendah tujuh bulan terhadap yen Jepang pada akhir perdagangan Kamis (5/11), karena lonjakan pasar saham mengurangi permintaan untuk greenback. Di sisi lain, Federal Reserve (Fed) mempertahankan kebijakan moneternya yang longgar.


Saham-saham melonjak karena taruhan pada Partai Republik akan mempertahankan kendali Senat. Ini meredakan kekhawatiran perubahan kebijakan besar yang dapat merugikan perusahaan Amerika di bawah Gedung Putih Joe Biden, bahkan ketika pemilihan presiden tergantung pada keseimbangan.

Kandidat Demokrat Joe Biden pada Kamis beringsut mendekati kemenangan atas Presiden Donald Trump dalam pemilihan AS yang sangat ketat yang bergantung pada margin tipis, sementara Presiden dari Republik itu meluncurkan serangkaian tuntutan hukum dengan harapan bisa memperlambat lawannya.

Tapi apa yang disebut gelombang biru, di mana Demokrat juga mengambil kendali Senat dalam pemilihan kongres, tampak tidak mungkin. “Investor menyukai gagasan (calon) presiden dari Demokrat dan Senat Republik yang pada dasarnya akan kembali ke keadaan normal yang stabil,” kata Direktur Pelaksana Strategi Valas BK Asset Management, Boris Schlossberg, di New York.

Indeks dolar jatuh 0,95 persen terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya menjadi 92,51. Euro melonjak 0,99 persen menjadi 1,1838 dolar AS. Dolar AS merosot 0,95 persen terhadap yen Jepang menjadi 103,49 yen, terendah sejak 12 Maret, dan menembus dukungan teknis pada 104 yen yang sekarang kemungkinan akan membentuk resisten.

Yuan naik ke level tertinggi lebih dari dua tahun di 6,5994. Mata uang China telah sangat terpengaruh oleh perselisihan China-AS sejak pecahnya perang perdagangan bilateral pada 2018.

Dolar AS telah dirugikan oleh kebijakan suku bunga nol Federal Reserve dan pembelian obligasi yang sedang berlangsung saat bank sentral AS bertujuan untuk merangsang pertumbuhan setelah ekonomi dirusak oleh penutupan bisnis karena Covid-19.

Bank sentral AS pada Kamis berjanji lagi untuk melakukan apa pun dalam beberapa bulan mendatang untuk mempertahankan pemulihan ekonomi AS. "Itu hampir tidak berubah dari pesan pertemuan sebelumnya," kata Ahli Strategi Pasar DRW Trading, Lou Brien, di Chicago.

Beberapa analis mengatakan Federal Reserve mungkin perlu bertindak lebih jauh untuk meningkatkan ekonomi jika tidak ada pengeluaran fiskal yang besar, meskipun yang lain mencatat bahwa bank sentral kehabisan alat.

Jika imbal hasil obligasi AS naik secara berarti, Federal Reserve diharapkan untuk mengalihkan lebih banyak pembelian obligasi ke utang yang lebih lama guna menjaga suku bunga tetap rendah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler