Debat Kandidat, Gibran: Solo Punya 2 Tantangan Besar
Gibran dan Teguh punya kesempatan pertama sampaikan visi dan misi.
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pasangan calon nomor 1 Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa mendapatkan kesempatan pertama menyampaikan visi misinya pada acara debat antarpaslon yang digelar oleh KPU pada Pilkada Surakarta 2020 di Hotel The Sunan Solo, Jumat (6/11) malam. Pada acara debat tahap pertama dihadiri kedua paslon no.1 Gibran-Teguh dan no.2 Bagyo Wahyono-FX.Supardjo (Bajo) tersebut pada segmen pertama penyampaian visi misi kedua paslon.
Calon wali kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka yang mendapatkan kesempatan pertama mengatakan Kota Solo saat ini memiliki dua tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama masalah pandemi Covid-19 dan dampaknya. Kedua keberlangsungan Solo sebagai kota budaya yang modern.
Menurut Gibran seperti kota-kota lain, Solo sedang menghadapi masalah kemacetan, kepadatan penduduk, dan masalah sampah. Dengan memahami konteks permasalahan tersebut, kata Gibran, ia dan Teguh Prakosa menawarkan visi mewujudkan Solo sebagai kota budaya yang modern tangguh, gesit, kreatif, sejahtera. Semangat gotong-royong sebagai modal sosial budaya.
Menurut Gibran, soal Covid-19 berdampak tidak hanya di Solo, tetapi juga Indonesia. Sehingga, perlu percepatan pemulihan kesehatan dan percepatan pemulihan ekonomi menjadi prioritas dirinya bersama Teguh jika memimpin Kota Solo.
Gibran mengatakan untuk masalah kesehatan harus konsisten dengan menerapkan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, serta adaptasi kebiasaan baru. Pihaknya harus meningkatkan pelayanan dan kualitas Puskesmas dan RSUD di Kota Solo.
Bahkan, ia bersama Teguh harus meningkatkan semangat gotong-royong dan solidaritas warga melalui program toko-toko dan kampung siaga untuk menggerakkan ekonomi.
Menyinggung soal ekonomi, Gibran-Teguh akan memfasilitasi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dengan strukturisasi kredit dan memperbanyak program padat karya.
Sementara calon Wali Kota Surakarta Bagyo Wahyono menjelaskan ia bersama FX Supardjo ingin mewujudkan Solo menjadi kota yang "gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo". Bajo untuk mewujudkan Kota Solo yang satu, yaitu tentang papan, sandang, dan pangan. Artinya, untuk kepentingan Kota Solo yang "gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo".
Menurut Bajo, Solo harus kembali menjaga adat timur. Hal ini, soal toleransi. Untuk persoalan sandang, Bajo ingin memulai dengan lurik. Artinya memulai dengan menggunakan pakaian adat Solo. Sedang, untuk pangan, Bajo ingin menghidupkan ekonomi kerakyatan tradisional dan UMKM.
Bahkan, Bajo usai acara debat antarpaslon tidak mau bertemu dengan media karena kondisinya tidak memungkinkan dan minta izin usai debat langsung meninggalkan lokasi.