Eni Ambilalih Proyek Chevron di Indonesia

Proyek yang akan diambilalih Eni adalah proyek Indonesia Deepwater Development (IDD).

Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto
Rep: Intan Pratiwi Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek IDD yang semula akan dikembangkan oleh Chevron akan menemukan titik akhirnya. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) telah mewanti-wanti Chevron agar memutuskan posisinya di proyek migas laut dalam itu pada tahun ini.

Baca Juga


Kepala SKK Migas, Dwi Sutjipto menjelaskan pembicaraan antara Eni SpA dan Chevron di ranah business to business. Ia optimistis pembicaraan dua perusahaan itu sudah pada tahap akhir karena SKK Migas memberi amanat agar keputusan siapa yang akan menjadi operator di IDD pada tahun ini.

“Insya Allah akhir rahun ini kami targetkan clear dari Chevron ke yang baru (pemegang PI baru),” kata Dwi, Ahad (8/11).

Eni boleh dibilang menjadi satu-satunya kandidat kuat pengganti Chevron di proyek IDD tahap dua Gendalo – Gehem. Penjajakan pengalihan PI sudah terdengar sejak tahun lalu.

“Eni adalah kandidat gantikan Chevron di IDD sekarang proses finalisasi hal-hal yang dibutuhkan antara Chevron dan Eni. Eni juga melaporkan proses itu sedang berlangsung,” ungkap Dwi.

Proyek IDD merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang menjadi fokus perhatian Pemerintah untuk dapat segera diwujudkan.

Berdasarkan data SKK Migas, proyek IDD tahap II adalah proyek pengembangan lapngan Gendalo – Gehem dan diproyekso bisa berproduksi hingga 844 juta kaki kubik per hari atau million standard cubic feet per day (scfd) gas dan minyak 27 ribu barel per hari (bph). Proyek tersebut sedianya akan beroperasi pada kuartal IV 2025.

Chevron (sebagai operator) memegang 63 persen hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu Eni. Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau. Pengembangan Gendalo-Gehem termasuk pengembangan dua hub terpisah masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek IDD akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair.

Proyek IDD tahap II akan menggabungkan dua lapangan migas, yakni Lapangan Gendalo, Blok Ganal dan Gehem, Blok Rapak. Pengembangan tahap II ini mendesak untuk segera dilanjutkan, apalagi kontrak blok Rapak dan Ganal juga akan berakhir pada tahun 2027 dan 2028.

Eni merupakan kontraktor yang mengelola blok Muara Bakau yang mengerjakan proyek Jangkrik. Saat ini Eni juga telah menjadi salah satu kontributor terbesar lifting gas terbesar di Indonesia melalui lapangan Jangkrik.

SKK Migas juga menyambut baik jika Eni yang menjalankan IDD tahap II ini lantaran dari sisi kemampuan juga tidak diragukan. Selain itu, Eni sudah berpengalaman menggarap Blok Muara Bakau yang punya karakteristik seperti IDD.

“Kalau kita lihat dia memiliki fasilitas bagus kalau diintegrasikan dia memiliki competitive advantage, daya saing dari calon pembeli (PI) yang lain. Iya (ada kapasitas), dan sesungguhnya IDD itu mirip dengan Muara Bakau, Field-nya mirip sama-sama deep water,” kata Dwi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler