Petinggi Iran Tanggapi Beragam Hasil Pilpres AS
Hubungan Iran dan AS dalam ketegangan selama kepemimpinan Donald Trump
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Tokoh-tokoh Iran membuat reaksi beragam atas hasil pilpres Amerika Serikat (AS). Hubungan Teheran dan Washington diketahui dibekap ketegangan selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menunjukkan sikap tidak terlalu terkesan dengan keberhasilan Joe Biden mengalahkan Trump. "Terlepas dari hasilnya, satu hal yang sangat jelas: kemerosotan politik, sipil, moral rezim AS yang pasti," kata Khamenei melalui akun Twitter pribadinya pada Ahad (8/11), dikutip laman Anadolu Agency.
Sementara Presiden Iran Hassan Rouhani berharap pemerintahan baru AS dapat membalikkan halaman. "Kami berharap pemerintahan AS berikutnya belajar dari pengalaman tiga tahun dan kembali ke komitmennya," katanya, merujuk pada keluarnya Trump dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018.
Rouhani berharap pemerintahan AS yang baru dapat memahami bahwa kebijakannya terhadap Iran tidak benar. Dia pun menyatakan Iran siap dan bersedia untuk berdialog. Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Aragchi membuat komentar serupa.
Menurut Aragchi "pendekatan baru" dapat berkembang dalam kebijakan Washington jika Biden berkuasa. Dia mengatakan Iran akan "mengadopsi metode dan solusi yang tepat" sesuai dengan perubahan kebijakan AS terhadap Iran. Kendati demikian, ia memperingatkan bahwa Teheran juga akan melawan ancaman apa pun.
Aragchi masih belum bisa memprediksi apakah AS, di bawah pemerintahan Biden, akan kembali ke kesepakatan nuklir 2015 yang dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). "Masih terlalu dini untuk mengomentarinya," ucapnya.
Biden dipastikan akan menjadi orang pertama di Gedung Putih setelah memperoleh kemenangan di Negara Bagian Pennsylvania. Kemenangan itu membuat perolehan suara elektoralnya melampaui ambang 270. Berdasarkan penghitungan Associated Press, sejauh ini Biden telah mendapatkan 290 suara elektoral, sementara Trump 214.
Sementara dalam suara populer, Biden tercatat mengumpulkan 75.196.516 suara (50,6) persen. Sedangkan Trump menghimpun 70.803.881 suara (47,7 persen). Trump dan tim kampanyenya telah mengajukan serangkaian tuntutan hukum untuk menentang hasil pilpres.