Masyarakat Wajib Tingkatkan Imunitas Tubuh
American Heart Association merekomedasikan durasi olaharaga aerobik 150 menit/pekan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masyarakat wajib meningkatkan imunitas tubuh sebagai salah satu strategi untuk menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Selain menerapkan perilaku disiplin protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan, meningkatkan imunitas tubuh wajib dilakukan oleh masyarakat.
Demikian rangkuman pendapat Medical Senior Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, CEO dan Founder Sekolah Otak Indonesia, Dr dr Taufiq Pasiak MKes M.Pd.I, dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Bandung, Didi Ruswandi dalam diskusi virtual Upaya Meningkatkan Imunitas di Tengah Pandemi Covid-19 yang digelar Jurnalis Peduli Kesehatan Masyarakat (JPKM), Kamis (12/11).
Dalam acara yang juga didukung PT Toyota Astra Motor dan PT Pertamina (Persero) itu, dr Dedyanto mengatakan, ada beberapa cara untuk meningkatkan imunitas tubuh. Pertama, menerapkan pola makan sehat.
“Pilih sumber makanan yang segar. Kurangi asupan makanan kaleng dan berpengawet. Susunan asupan makanan sehari-hari berdasarkan jenis dan jumlah zat gizinya disesuaikan dengan kebutuhan harian tubuh agar tercipta berat badan ideal,” kata dr Dedyanto dalam rilisnya, Jumat (13/11).
Kebutuhan gizi dini, kata dr Dedyanto, dipenuhi dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman pangan. Tujuannya agar kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral) serta air dapat terpenuhi.
Kedua, kata dr Dedyanto, berolahraga secara teratur. American Heart Association merekomedasikan durasi olaharaga aerobik 150 menit/pekan atau kombinasi dari 75 menit/pekan olahraga aerobik dengan dua hari olahraga beban.
Ketiga, menurut dr Dedyanto, adalah menjalankan kebiasaan hidup yang baik. Ada beberapa kebiasaan baik yang harus mulai dilakukan, selain mencuci tangan dan menjaga kebersihan badan, yaitu berjemur pada pagi hari adalah kebiasaan baik yang akan membantu mengoptimalkan sistem imunitas tubuh manusia.
“Berjemur akan mengaktifkan cadangan vitamin D yang tersimpan di bawah kulit. Vitamin D adalah salah satu zat nutrisi yang memiliki peran penting dalam kerja sistem imun tubuh. Rendahnya kadar vitamin D akan meningkatkan risiko paparan infeksi. Berjemur bagi orang yang tinggal di Indonesia sebaiknya dilakukan pada jam 09.30-10.00 WIB,” ujar dr Dedyanto.
CEO dan Founder Sekolah Otak Indonesia, Dr dr Taufiq Pasiak MKes M.Pd.I turut menjelaskan, cara meningkatkan imunitas tubuh manusia juga bisa melalui cara menanamkan pikiran positif. “Pikiran positif akan menimbulkan sikap tenang dalam menghadapi sesuatu. Dalam kondisi tenang, hormon endorfin akan muncul,” kata dr Taufiq.
Di dalam tubuh manusia, kata dr Taufiq, sudah terdapat hormon endorfin yang bisa memberikan energi positif. Hormon endorfin dapat dipicu dalam kondisi tenang. Endorfin adalah zat kimia seperti morfin yang dapat dihasilkan secara alami oleh tubuh dan memiliki peran dalam membantu mengurangi rasa sakit saat memicu perasaan positif. Hormon endorfin diproduksi oleh kelenjar pituari dan sistem saraf pusat manusia.
Namun, apabila panik, kata dr Taufiq, akan menimbulkan hormon stres. Saat mengalami stres, tertekan, atau terancam, area di otak yang disebut hipotalamus bertindak sebagai alarm. Area ini mengeluarkan sejumlah perintah yang dirancang bagi tubuh untuk bersiap-siap melawan atau menghindar dikenal sebagai respons fight or flight.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Didi Ruswandi menjelaskan, sebuah pengalaman berharga saat dirinya kali pertama terpapar Covid-19.
“Pada awal pandemi Covid-19, kami memang dilema. Saat itu, puncak musim hujan, DPU sedang sibuk menangani bencana hidrometereologi sehingga tidak mungkin work from home (WFH). Bahkan pada puncak musim hujan, DPU aktif menghijaukan lahan kritis di kawasan hulu sungai. Kami memang tak menghentikan aktivitas lapangan hanya membatasi jumlah personel saja,” ujar Didi.
Didi mengaku, dirinya hanya menjalankan tugas pekerjaan lapangan. Namun, pada 1 September 2020, menurut Didi, ada kebijakan bagi 50 orang setiap organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menjalani swab test.
Setelah mengetahui kabar itu, Didi segera mengosongkan garasi untuk aktivitas selama isolasi mandiri. Setelah tiga hari menjalani isolasi mandiri, Didi mengatakan, pihak keluarga melakukan swab test.
“Namun, hasil laboratorium baru diterima sembilan hari kemudian. Dari empat orang, tiga penghuni rumah selain saya juga terpapar,” jelas Didi.
Selama menjalani isolasi mandiri di rumah, Didi dan keluarga melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan imunitas. “Kami berolahraga, membaca buku, bermain media sosial, menulis. Kami juga banyak mengonsumsi buah-buahan, suplemen dan multivitamin. Makanan dikirim hanya sampai lokasi teras rumah saja,” jelas dia