Di Bawah Biden, Hubungan AS-China Diharapkan Membaik
Hubungan antara China dan AS berada pada titik terburuk dalam beberapa dekade
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Wakil Ketua Komisi Pengaturan Sekuritas China Fang Xinghai mengatakan dia berharap hubungan China-AS akan berada dalam keadaan yang jauh lebih baik di bawah pemerintahan Presiden terpilih AS Joe Biden.
Di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump, hubungan antara China dan Amerika Serikat berada pada titik terburuk dalam beberapa dekade karena perselisihan mulai dari teknologi dan perdagangan hingga Hong Kong dan virus corona.
Beijing mengatakan pihaknya mengharapkan pemerintahan Biden untuk bertemu dengan China, mengelola perbedaan, dan mendorong kemajuan hubungan China-AS di jalur yang benar.
Biden belum menjabarkan strateginya terhadap China secara rinci. Akan tetapi semua indikasi menunjukkan dia akan melanjutkan pendekatan yang kuat ke Beijing.
Sementara itu, Beijing harus dapat menyelesaikan masalah akuntansi dengan perusahaan China di bawah pemerintahan Biden, kata Fang, yang berbicara dalam sesi Forum Ekonomi Baru Bloomberg.
Pada Agustus, pejabat Komisi Sekuritas dan Bursa AS dan Departemen Keuangan mendesak Trump untuk menghapus perusahaan China yang berdagang di bursa AS dan gagal memenuhi persyaratan auditnya pada Januari 2022.
Ditanya apakah rencana penawaran umum perdana senilai 37 miliar dolar Ant Group pada akhirnya akan dilanjutkan, Fang Xinghai, mengatakan itu tergantung pada bagaimana pemerintah merestrukturisasi kerangka peraturan tentang teknologi keuangan, dan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap lingkungan peraturan yang berubah.
Ant, dengan model bisnisnya yang unik dan tidak adanya saingan di China atau di tempat lain, telah berkembang pesat sebagai platform teknologi yang jauh dari regulasi sektor perbankan, terlepas dari rangkaian produk keuangannya, kata para analis.
Namun Beijing menjadi tidak nyaman dengan bank-bank yang semakin menggunakan pemberi pinjaman mikro atau platform teknologi pihak ketiga seperti Ant untuk penjaminan pinjaman di tengah kekhawatiran meningkatnya gagal bayar dan penurunan kualitas aset dalam ekonomi yang dilanda pandemi.