Kongres Peru Tunjuk Presiden Baru
Rakyat merayakan ditunjuknya Sagasti dari Purple Party yang berhaluan tengah
REPUBLIKA.CO.ID, LIMA - Kongres Peru menunjuk politikus senior Francisco Sagasti sebagai presiden baru Kongres setelah Manuel Merino mundur hanya lima hari dia menjabat, Selasa (17/11) waktu setempat. Rakyat merayakan ditunjuknya Sagasti dari Purple Party yang berhaluan tengah.
Insinyur berusia 76 tahun itu belum dilantik. Namun sebagai ketua Kongres ia menjadi kepala negara secara otomatis. Sebab, Peru saat ini tidak memiliki presiden atau wakil presiden sehingga dia menjadi presiden berikutnya.
Tepuk tangan gemuruh menggema di istana legislatif saat Sagasti meraih suara mayoritas yang dibutuhkan. Sebagai seorang akademisi yang dihormati, dia juga menghabiskan beberapa dekade berkonsultasi dengan lembaga pemerintah dan memegang jabatan di Bank Dunia. Tak lama setelah pemungutan suara, dia bersumpah untuk menjadi presiden Kongres.
"Kami akan melakukan segala kemungkinan untuk mengembalikan harapan kepada orang-orang dan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka dapat mempercayai kami," kata Sagasti dalam sambutan pertamanya dilansir laman Voice of America, Selasa.
Masa-masa ini akan menjadi tanggung jawab Sagasti untuk menyembuhkan negara yang dirusak oleh pergolakan protes selama sepekan terakhir ini. "Apa yang dipertaruhkan adalah mengambil langkah pertama untuk membangun kembali kepercayaan antara rakyat dan negara," kata Samuel Rotta, presiden Transparency International cabang Peru.
Rakyat di negara Amerika Latin sebagian besar berharap pengangkatan Sagasti akan menandai akhir dari pekan yang penuh gejolak, di mana ribuan orang turun ke jalan karena marah atas keputusan Kongres untuk menggulingkan mantan Presiden Martín Vizcarra. Selama pergolakan itu, dua pemuda tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Peru juga menghabiskan lebih dari 24 jam tanpa menunjuk kepala negara.
Sagasti dapat mengarahkan negara kembali ke stabilitas sebab dia berada dalam posisi untuk memenangkan dukungan Kongres dan demonstran. Dia dan blok Purple Party termasuk di antara 19 dari 130 anggota parlemen yang memberikan suara menentang pencopotan Vizcarra.
Hal itu akan memberinya kredibilitas di antara pengunjuk rasa yang mengutuk penggulingan sebagai perebutan kekuasaan. Tidak seperti Vizcarra, dia juga memiliki partai di Kongres yang mewakilinya.
"Sagasti adalah seseorang yang menginspirasi kepercayaan di antara banyak orang," kata Jo-Marie Burt, rekan senior di Kantor Washington untuk Amerika Latin. "Dia presiden yang tidak disengaja, tapi saya tidak akan mengatakan dia seseorang tanpa rencana," ujarnya menambahkan.
Peru mempertaruhkan banyak hal. Negara ini berada dalam pergolakan salah satu wabah virus corona paling mematikan di dunia. Analis politik mengatakan krisis konstitusional membuat demokrasi negara itu dalam bahaya.