Hubungan UEA-Arab Saudi di Yaman Dilaporkan Retak
Masa depan kemistraan UEA dan Arab Saudi di Yaman dipertaruhkan
REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Sebuah laporan rahasia Emirat mengungkapkan bahwa Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) memperkirakan masa depan kemitraan dengan Arab Saudi di Yaman dipertaruhkan. Kondisi itu akan melahirkan konflik kepentingan yang dapat menciptakan lingkungan tidak bersahabat bagi kedua negara.
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Unit Studi Yaman di Kementerian Luar Negeri UEA, mempertahankan situasi saat ini di Yaman berarti menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi Arab Saudi dan UEA. Selain itu, ada kemungkinan menyebabkan munculnya perkembangan yang mengkhawatirkan bagi keduanya.
Lapor surat kabar Lebanon Al-Akhbar menyatakan, perkiraan yang dibuat dalam laporan tersebut didasarkan pada penilaian pihak-pihak lokal dalam konflik Yaman mengenai hubungan antara Abu Dhabi dan Riyadh. Dalam hasil tersebut menunjukkan bahwa semua aktor di lapangan, kecuali Houthi, tidak memiliki pilihan lain selain tetap berpegang pada pendukung mereka.
Unit Kajian Yaman Kementerian Luar Negeri UEA menyampaikan bahwa kemitraan Emirate dengan Arab Saudi di Yaman telah melalui tiga tahap. Pertama adalah tahap kepuasan dan rasa syukur terjadi harmoni antara kedua negara Teluk untuk mencapai tujuan yang bersatu, yaitu untuk menghilangkan kudeta Houthi.
Tahap selanjutnya ditandai dengan keadaan kebingungan dan perpecahan sebagai ketidakpastian dan ketidaktegasan mulai melanda tempat konflik. Kekuatan baru mulai muncul dan kebijakan kedua negara dan posisi mereka secara umum menjadi tidak jelas dan mencerminkan kontradiksi dalam banyak hal.
Tahapan terakhir disebut sebagai keraguan dan revisi, secara signifikan ditandai dengan keyakinan bahwa kesepakatan dan koordinasi antara Arab Saudi dan Emirates mulai kendor. Pada titik ini, pihak Yaman yang terlibat konflik mulai melihat keretakan antara kedua sekutu. "Berdasarkan beberapa perkembangan, yang terakhir adalah pengumuman UEA untuk mengurangi kehadiran militernya di Yaman," ujar laporan itu.