Anak tanpa Gejala Covid-19 Justru Berbahaya
Selama pandemi, orang tua dituntut untuk menjadi dokter di rumah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogi Prawira mengatakan, ada 85 persen anak-anak di Indonesia yang terpapar virus Covid-19 mengalami gejala ringan atau tanpa gejala. Sekitar dua persen yang mengalami kondisi kritis. Menurutnya, kondisi yang mengkhawatirkan justru karena banyak anak terpapar tanpa gejala.
Melalui Diskusi Daring bertema Hari Anak Sedunia yang disiarkan dalam kanal Youtube BNPB, dia menjelaskan cara mengenal gejala Covid-19 pada anak, terutama mereka yang tanpa gejala. Pertama, jika ada anggota keluarga di rumah yang terpapar, harus segera beritahu.
“Kalau ada yang positif kasih tahu, jangan diam saja. Karena orang yang kontak dengan kita jadi enggak sadar. Ya disitulah akan terjadi penularan yang terus bertambah. Kalau positif ya menginformasikan. Sehingga mereka yang kontak dengan kita selama 14 hari segera diperiksa,” kata Yogi, Jumat (20/11).
Kedua, selama pandemi orang tua dituntut untuk menjadi dokter di rumah untuk mengenali tanda-tanda awal Covid-19. Misal, jika anak sudah demam lebih dari tiga hari berturut-turut harus segera dibawa ke rumah sakit. Hal ini guna untuk melindungi anak.
“Karena banyak peningkatan anak sakit dirawat tidak selamat karena keterlambatan. Sakit kan enggak harus Covid-19, ada banyak penyakit lain yang harus ditangani. Lebih cepat kan lebih baik,” ujar dia.
Jika anak memang terkena Covid-19, anak perlu istirahat yang cukup karena ada hubungan paparan dengan kualitas tidur. Tidur yang berkualitas itu penting sesuai dengan kelompok usia. Selain tidur yang cukup, mereka juga perlu latihan fisik.
“Ajak mereka bergerak, jalan-jalan keliling rumah atau kerja bakti. Yang penting, ada aktivitas fisik sekitar 30 menit,” kata dia.
Selain itu, makanan yang sehat dan bergizi juga diperlukan. Usahakan mengonsumsi makanan rumah.