Apa Keunggulan Vaksin AstraZeneca Dibanding Pfizer, Moderna?
Vaksin AstraZeneca memiliki efektivitas 90 persen menurut hasil uji klinis Fase 3.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- AstraZeneca pada Senin mengatakan efektivitas vaksin Covid-19 yang dikembangkannya dapat mencapai 90 persen. Tingkat efektivitas yang tinggi itu diyakini memberi dunia senjata untuk melawan pandemi global dan berpotensi lebih murah untuk dibuat, lebih mudah didistribusikan, dan lebih cepat untuk ditingkatkan dibandingkan vaksin-vaksin saingannya.
Produsen obat Inggris tersebut mengatakan, akan memproduksi sebanyak 200 juta dosis pada akhir 2020. Jumlah itu merupakan sekitar empat kali lebih banyak dibandingkan dengan vaksin pesaing asal Amerika Serikat, Pfizer.
Tujuh ratus juta dosis vaksin, menurut AstraZeneca, dapat disiapkan secara global segera setelah akhir kuartal pertama 2021. Vaksin itu 90 persen efektif dalam mencegah Covid-19 ketika diberikan dengan takaran setengah dosis diikuti, dengan dosis penuh setidaknya sebulan kemudian, menurut data dari uji coba tahap akhir di Inggris dan Brasil.
Tidak ada peristiwa terkait keselamatan serius yang dikonfirmasi, kata perusahaan itu. Harga vaksin hanya beberapa dolar per suntikan, jauh lebih rendah daripada harga buatan Pfizer dan Moderna, yang menggunakan teknologi yang lebih tidak konvensional.
"Ini berarti kita memiliki vaksin untuk dunia," kata Andrew Pollard, direktur kelompok vaksin Universitas Oxford yang mengembangkan vaksin tersebut.
Vaksin juga dapat diangkut dan disimpan pada suhu lemari es normal, yang menurut para pendukung akan membuatnya lebih mudah didistribusikan, terutama di negara-negara miskin. Ketetapan suhu itu dianggap lebih memudahkan dibandingkan dengan vaksin buatan Pfizer, yang perlu dikirim dan disimpan pada suhu -70 derajat Celsius, ukuran suhu yang kerap dicapai pada musim dingin di Antartika.
Efektivitas vaksin AstraZeneca bergantung pada dosisnya. Angka tersebut turun menjadi hanya 62 persen bila diberikan sebagai dua dosis penuh, alih-alih setengah dosis terlebih dahulu.
Namun, para ilmuwan berhati-hati agar tidak melihat ini sebagai bukti bahwa vaksin tersebut akan kurang bermanfaat daripada saingannya. Vaksin dari Pfizer dan Moderna masing-masing mencegah sekitar 95 persen kasus, menurut data sementara dari uji coba tahap akhir mereka.
"Saya pikir mulai mencoba memilih ketiga vaksin ini (Pfizer/Moderna/Astra) berdasarkan potongan data fase tiga dari siaran pers merupakan sesuatu yang tidak realistis untuk dilakukan," kata Danny Altmann, profesor imunologi di Imperial College London.
"Untuk gambaran yang lebih besar, perkiraan saya adalah saat kita memasuki satu tahun ke depan, kita akan menggunakan ketiga vaksin dengan perlindungan sekitar 90 persen, dan kita akan jauh lebih senang."
Pascal Soriot, CEO Astra, mengatakan data yang menunjukkan bahwa setengah dosis awal lebih efektif daripada dua dosis penuh adalah kabar baik. Sebab, lebih banyak orang yang dapat divaksinasi lebih cepat dengan persediaan terbatas.
'Sangat menggembirakan'
Uji coba pendahuluan AstraZeneca dilakukan ketika gelombang baru infeksi telah merugikan perekonomian, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Sudah hampir 1,4 juta orang meninggal dunia dalam pusaran pandemi Covid-19 global.
Inggris termasuk di antara negara-negara yang telah lebih dulu membeli vaksin AstraZeneca dalam jumlah besar. Para pejabat negara itu mengatakan keberhasilan dalam menyediakan vaksin berarti kehidupan normal dapat kembali lebih cepat. Perdana Menteri Boris Johnson menggambarkan hasil tersebut sebagai "sangat menggembirakan".
Saham dan harga minyak naik karena investor bertaruh peluncuran vaksin lain akan menghidupkan kembali ekonomi global tahun depan. Indeks STOXX dari 600 saham terbesar Eropa naik 0,5 persen ke level tertinggi sejak Februari. Meski demikian, saham AstraZeneca sendiri turun 1,5 persen karena para pedagang menganggap data efektivitas tersebut mengecewakan dibandingkan dengan para pesaingnya.
Pakar kesehatan masyarakat mengatakan dunia akan membutuhkan banyak vaksin untuk memenuhi permintaan global. Vaksin AstraZeneca menggunakan versi modifikasi dari virus flu simpanse untuk menyampaikan instruksi ke sel guna melawan virus target.
Versi itu merupakan pendekatan tradisional dalam pengembangan vaksin dan berbeda dari jalur yang diambil oleh Pfizer dan Moderna, yang mengandalkan teknologi baru yang dikenal sebagai messenger RNA (mRNA).
AstraZeneca, salah satu perusahaan terkemuka di Inggris, sekarang akan segera mempersiapkan penyerahan data secara resmi kepada pihak berwenang di seluruh dunia yang memiliki kerangka kerja dalam proses mendapatkan persetujuan bersyarat atau persetujuan awal.
Perusahaan itu juga berusaha segera dapat masuk daftar penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia untuk mempercepat ketersediaan di negara-negara berpenghasilan rendah. Pada saat yang bersamaan, analisis lengkap dari hasil sementara sedang dikirimkan untuk publikasi dalam jurnal untuk ditinjau rekan sejawat.