China Susul AS dan Soviet Ambil Batu di Bulan, Apa Bedanya?

China menjadi negara ketiga yang ambil sampel batuan di Bulan dalam misi Change'e-5.

Antara/Adiwinata Solihin
Ilustrasi bulan
Rep: Dwina Agustin Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WENCHANG -- China berhasil melakukan peluncuran pesawat ruang angkasa robotik pada Selasa (24/11) dini hari. Proyek ini berencana untuk membawa kembali bebatuan dan menjadi upaya pertama di dunia untuk mengambil sampel permukaan bulan sejak 1970-an.

Roket pembawa terbesar di China, Long March-5, diluncurkan pada pukul 04:30 waktu Beijing dalam peluncuran dari Wenchang Space Launch Center di pulau Hainan di Cina selatan. Roket ini membawa pesawat ruang angkasa Chang'e-5.

Administrasi Luar Angkasa Nasional Cina (CNSA) menyebut peluncuran itu sukses dan roket itu terbang selama hampir 37 menit sebelum mengirim pesawat ruang angkasa pada lintasan. Misi yang dinamai menurut nama dewi bulan Cina kuno ini nantinya mengumpulkan materi bulan.

Materi tersebut akan membantu para ilmuwan memahami lebih lanjut tentang asal-usul dan pembentukan bulan. Misi tersebut akan menguji kemampuan China untuk memperoleh sampel jarak jauh dari luar angkasa, sebelum misi yang lebih kompleks.

Laporan CCTV yang menyiarkan liputan langsung peluncuran tersebut, menunjukkan gambar staf CNSA berseragam biru bertepuk tangan dan bersorak saat menyaksikan pesawat luar angkasa itu mendaki melalui atmosfer. Jika misinya selesai sesuai rencana, itu akan menjadikan Cina sebagai negara ketiga yang mengambil sampel bulan, bergabung dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Baca Juga


Amerika Serikat pernah mendaratkan 12 astronautt di Bulan dalam program Apollo selama enam penerbangan dari tahun 1969 hingga 1972. Misi itu membawa kembali batuan dan tanah seberat 382 kg.

Sedangkan Uni Soviet berhasil mengerahkan tiga misi pengembalian sampel bulan robotik pada 1970-an. Terakhir kali dilakukan Luna 24 yang mengambil sekitar 170 gram sampel pada 1976 dari wilayah yang disebut Mare Crisium.

Batuan di lokasi yang dituju oleh misi China diperkirakan masih sangat muda dibandingkan dengan yang diambil sampel oleh astronot Apollo AS dan robot Soviet Luna. Batuan di lokasi itu kemungkinan berusia 1,3 miliar tahun versus batuan berusia 3-4 miliar tahun yang diambil dari batuan misi sebelumnya. Ini akan memberi para ilmuwan titik data lain untuk metode yang mereka gunakan untuk menghitung usia peristiwa di Tata Surya bagian dalam.

Proses pengambilan sampel

Saat memasuki orbit bulan, pesawat ruang angkasa itu dimaksudkan untuk mengerahkan sepasang kendaraan ke permukaan bulan, pendarat dan pendaki. Juru bicara misi Chang'e 5, Pei Zhaoyu, menjelaskan, pendaratan akan berlangsung sekitar delapan hari. Kendaraan itu akan berada di permukaan bulan selama sekitar dua hari, sementara seluruh misi dijadwalkan memakan waktu sekitar 23 hari.

Rencana pendarat akan sekaligus mengebor permukaan bulan, dengan lengan robotik yang menyendok tanah dan bebatuan. Material ini akan dipindahkan ke kendaraan ascender, yang akan dibawa dari permukaan dan kemudian berlabuh dengan modul orbit.

Sampel kemudian akan ditransfer ke kapsul untuk perjalanan kembali ke Bumi, dengan pendaratan di wilayah Mongolia Dalam Cina. “Tantangan terbesar ... adalah pekerjaan pengambilan sampel di permukaan bulan, lepas landas dari permukaan bulan, pertemuan dan berlabuh di orbit bulan, serta masuk kembali ke Bumi dengan kecepatan tinggi,” kata Pei yang juga direktur administrasi antariksa dari Pusat Eksplorasi Bulan dan Rekayasa Luar Angkasa.

Tim China dapat melakukan pengambilan sampel melalui penjelajahan keliling dan pendaratan di bulan. Pei menyatakan, cara tersebut lebih intuitif untuk mendapatkan sampel untuk melakukan penelitian ilmiah dengan metodenya lebih langsung.

"Plus, akan ada lebih banyak instrumen dan lebih banyak metode untuk mempelajarinya di Bumi," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler