Dokter di AS: Masyarakat Harus Tahu Efek Samping Vaksin
Dengan tahu efek samping vaksin, masyarakat tak ragu untuk dapatkan dosis kedua.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para dokter di Amerika Serikat mengatakan efek samping dari pemberian vaksin Covid-19 harus diketahui oleh masyarakat. Mereka memperingatkan pejabat kesehatan federal untuk mengedukasi masyarakat yang menjadi target utama vaksinasi tentang efek samping tersebut.
Vaksin Covid-19 merupakan bagian dari langkah pengendalian pandemi. Di lain sisi, ada efek samping yang mungkin dialami masyarakat, seperti nyeri tubuh dan sakit kepala yang parah.
Dengan mengetahui efek samping vaksin sejak awal, menurut para pakar medis, masyarakat tidak akan segan untuk mendapatkan dosis kedua. Pakar medis merekomendasikan digulirkannya edukasi seperti itu kepada penasihat dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dalam pertemuan daring pekan ini.
Dr. Sandra Fryhofer dari American Medical Association mengatakan, dalam pertemuan dengan Komite Penasihat untuk Praktik Imunisasi, sekelompok ahli medis menasihati CDC bahwa efek sampingnya tidak akan nyaman.
"Mereka akan tahu bahwa mereka mendapat vaksin. Mereka mungkin tidak akan merasa luar biasa, tapi mereka harus kembali untuk dosis kedua itu," kata Fryhofer dilansir Fox News, Kamis (26/11).
Dua kandidat vaksin Covid-19 yang menjanjikan, masing-masing dibuat oleh raksasa farmasi Pfizer dan perusahaan bioteknologi Moderna, keduanya membutuhkan dua dosis. Peserta dari kedua uji klinis telah melaporkan efek samping setelah menerima kandidat vaksin, belum ada yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS sejauh ini.
Pfizer, yang pertama kali mengumumkan hasil vaksinnya, belum lama ini mengajukan permohonan persetujuan darurat untuk vaksinnya dari FDA. Awal bulan ini, salah satu relawan kandidat vaksin Pfizer mengatakan bahwa efek samping dari suntikan itu sedikit lebih parah daripada yang ia kira.
"Saya mengalami beberapa efek samping. Pada dasarnya, saya sakit kepala dan sangat lelah, nyeri di tempat suntikan, mungkin tiga hingga empat hari," ujar Glenn Deshields, sukarelawan dari Austin, Texas, pada saat itu.
“Yang kedua, mirip tapi jauh lebih tidak terasa. Itu tidak sekuat sebelumnya. Saya pikir saya minum beberapa Advil (Ibuprofen) dan pada dasarnya efek sampingnya hilang," katanya.
Mengenai vaksin Moderna, CEO Stephane Bancel pekan lalu menyebutkan bahwa kandidat perusahaan lebih dari 90 persen efektif dalam uji klinis tahap akhir. Ia juga membahas efek samping suntikan.
"Dosis kedua, efek sampingnya sedikit lokal, sedikit nyeri, sedikit kemerahan, tapi hilang dengan sendirinya," katanya.
"Beberapa orang agak pusing. Sangat menyenangkan untuk dicatat bahwa kurang dari dua persen orang mengalami demam, sebenarnya 1,4 persen, jadi sangat, sangat rendah. Efek sampingnya akan sembuh sendiri tanpa minum obat," ungkap Bancel.