Rouhani Yakin Ilmuwan Iran Dibunuh Tentara Bayaran Israel
Mohsen Fakhrizadeh diyakini Israel dan Barat jadi kepala program senjata nuklir Iran
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani yakin Israel dalang yang bertanggung jawab atas pembunuhan pakar nuklir Mohsen Fakhrizadeh. Negara Barat dan Israel sudah lama menuduh Fakhrizadeh ilmuwan yang mengepalai program senjata nuklir Iran.
Pemerintahan Iran yang dikuasai ulama mengancam akan membalas pembunuhan Fakhrizadeh. Media Iran melaporkan pakar nuklir itu tewas di rumah sakit usai di serang di dekat ibu kota Teheran.
"Sekali lagi, tangan jahat global yang arogan ternoda oleh darah tentara bayaran rezim Zionis," kata Presiden Hassan Rouhani dalam pernyataan yang dikutip Aljazirah, Sabtu (28/11) kemarin.
"Pembunuhan martir Fakhrizadeh menunjukkan rasa frustasi musuh kami dan dalamnya kebencian mereka, pengorbanannya tidak akan memperlambat pencapaian kami," kata Rouhani.
Pembunuhan itu dinilai akan meningkatkan konfrontasi antara Iran dengan Amerika Serikat (AS) sebelum Donald Trump menyelesaikan masa jabatannya. Peristiwa itu juga akan memperumit upaya presiden terpilih Joe Biden mengembalikan kebijakan luar negeri Barack Obama yang tenang.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif juga menulis di Twitter 'indikasi serius menunjukkan peran orang Israel'. Penasihat militer Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Hossein Dehghan bersumpah akan 'menyerang seperti guntur para pelaku pembunuhan martir yang tertindas'.
Di Twitter, Dehghan mencicit ‘di hari-hari terakhir pemerintahan Trump, para sekutu Zionisnya meningkatkan tekanan pada Iran dan memicu perang besar-besaran'. Salah satu saluran di aplikasi kirim pesan terenkripsi, Telegram yang berafiliasi dengan Garda Revolusi Iran melaporkan Dewan Tertinggi Keamanan Iran menggelar rapat darurat dengan komandan-komandan militer negara itu.
Israel, Gedung Putih, Pentagon, CIA, dan Departemen Luar Negeri AS menolak memberi komentar. Selama bertahun-tahun badan intelijen negara-negara Barat dan Israel menggambarkan Fakhrizadeh sebagai ketua program bom atom Iran yang misterius.
Namun, Iran sudah menghentikan program tersebut sejak 2003. Tapi, Israel dan AS menuduh Iran memulainya lagi. Sementara, Iran selalu membantah tuduhan menggunakan nuklir sebagai senjata.
Kantor berita semi resmi Iran, Tasmin melaporkan 'teroris meledakan mobil lainnya' sebelum menembaki mobil Fakhrizadeh dan pengawalnya dalam serbuan di luar ibu kota Teheran. Saksi mata mengatakan pasukan keamanan melakukan razia untuk mencari pembunuhnya.
"Sayangnya tim medis tidak berhasil menyelamatkan (Fakhrizadeh) dan beberapa menit yang lalu, manajer dan ilmuwan itu meraih status tinggi sebagai martir setelah perjuangan dan kerja keras selama bertahun-tahun," kata angkatan bersenjata Iran dalam pernyataannya.
Trump yang kalah dalam pemilihan presiden 3 November lalu dan meninggalkan Gedung Putih 20 Januari 2021 mendatang mengeluarkan AS dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang dibentuk Obama. Ia menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran.
Biden mengatakan ia akan ingin membawa kembali AS bergabung dengan JCPOA. Banyak pakar yang menilai hal itu akan sulit untuk dilakukan.
Mantan Penasihat Obama dalam isu Iran dan penasihat informal tim transisi Biden, Robert Malley yakin pembunuhan Fakhrizadeh salah satu langkah Trump di pekan-pekan terakhirnya berkuasa untuk mempersulit diplomasi Biden dengan Iran.
"Satu tujuan hanyalah menciptakan kerusakan terhadap ekonomi dan program nuklir Iran sebanyak mungkin yang mereka bisa, dan lainnya untuk mempersulit kemampuan diplomasi Presiden Biden dan bergabung kembali ke kesepakatan nuklir," kata Malley.
Malley tidak ingin berspekulasi siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Fakhrizadeh. Pada awal bulan ini, militer AS mengkonfirmasi Trump meminta rencana kemungkinan menyerang Iran.
Trump memutuskan tidak melakukannya karena khawatir dapat memperluas konflik di Timur Tengah. Pada bulan Januari lalu, Trump memerintahkan serangan drone ke bandara Baghdad, Iran yang menewaskan komandan militer Iran Jenderal Qassem Soleimani. Iran membalasnya dengan menembak pangkalan militer AS di Irak dengan rudal.
"Pembunuhan ini tidak membuat Amerika, Israel atau dunia menjadi tempat yang lebih aman," cicit Senator AS Chris Murphy, anggota sub komite isu Timur Tengah di Senat mengenai pembunuhan Fakhrizadeh.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta semua pihak menahan diri. "Kami telah mencatat laporan ilmuwan nuklir Iran dibunuh di dekat Teheran hari ini, kami meminta semua pihak menahan diri dan menghindari aksi yang dapat meningkatkan ketegangan di kawasan," kata juru bicara Guterres, Farhan Haq.
Perwakilan Iran di PBB, Majid Takht Ravanchi mengirimkan surat ke Guterres. Dalam surat tersebut Ravanchi mengatakan Iran memiliki 'hak untuk mengambil langkah yang dibutuhkan' untuk membela diri. Ia juga meminta Dewan Keamanan PBB mengecam pembunuhan tersebut dan mengambil langkah 'terhadap pelakunya'.
Tidak ada informasi mengenai Fakhrizadeh di publik. Tetapi, badan intelijen negara-negara Barat dan Israel sudah lama menganggapnya sebagai koordinator program senjata nuklir Iran. Teheran sudah menghentikan program tersebut sejak tahun 2003 tapi Amerika Serikat (AS) dan Israel bersikeras Iran memulainya kembali.
Fakhrizadeh satu-satunya ilmuwan Iran yang tercantum dalam asesmen akhir Badan Energi Atom Internasional 2015 yang menyelidiki program nuklir Iran. Laporan tersebut mengatakan Fakhrizadeh mengawasi aktivitas 'kemungkinan program nuklir (Iran) yang mendukung dimensi militer'.
Ia adalah tokoh utama dalam presentarasi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu 2018 saat Netanyahu menuduh Iran melanjutkan penelitian untuk mengembangkan senjata nuklir.
"Ingat nama ini, Fakhrizadeh," kata Netanyahu saat itu.
Pejabat Pentagon pemerintahan Trump, Michael Mulroy pernah mengatakan pembunuhan Fakhrizadeh akan memundurkan program nuklir Iran. Ia memperingatkan AS harus menerapkan kewaspadaan tingkat tinggi mengingat Iran dapat melakukan serangan balasan.