Teknologi Pengemasan tak Bisa Dielakkan
Inovasi pengemasan berkembang seiring pencarian solusi pangan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, teknologi pengemasan sangat berkembang cepat. Karena itu, pelaku industri pengemasan tak bisa mengelak menggunakan teknologi.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menjelaskan, teknologi pengemasan di antaranya menggunakan Active & Intelligent Packaging, Modified Atmosphere Packaging (MAP), Vacuum Pack (menjaga kesegaran makanan), dan Frozen food (pembekuan untuk mengawetkan makanan). Juga Retort Packaging (untuk makanan siap santap).
Dengan kemajuan teknologi, lanjut Gati, orang-orang terus berinovasi mengembangkan teknologi pengemasan. Sekaligus mencari solusi untuk masalah-masalah pangan yang sangat rentan risiko, seperti untuk pangan basah.
"Demi menjaga keamanan dan kekuatan makanan, tentu pelaku industri pengemasan harus menggunakan teknologi," kata Gati di Jakarta, Senin (30/11).
Misalnya dengan menjadikan makanan tersebut beku, atau menggunakan Active & Intelligent Packaging untuk mengetahui umur dan kondisi dari makanan tersebut. Selain ini teknologi Retort Oackaging sangat diperlukan untuk makanan yang dapat disimpan lama. Misalnya untuk pengemasan rendang dari Sumbar atau gudeg dari Jogja.
Berdasarkan data Indonesia Packaging Federation pada 2020, kinerja industri kemasan di Tanah air diproyeksi tumbuh sekitar 6 persen pada 2020 dari nilai realisasi tahun lalu sebesar Rp 98,8 triliun.