Perbaiki Umat dan Bangsa Dimulai dengan Pendidikan
Pendidikan merupakan kata kunci menjadikan generasi masa depan bangsa lebih baik.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi mengapresiasi Yayasan Maghfirah Bina Umat yang membangun fasilitas dan sarana pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga orang dewasa dan lanjut usia. Pendidikan merupakan intisari dari generasi bangsa.
"Saya optimistis apa yang ada di Kampung Maghfirah ini akan menjadi tempat pendidikan yang baik, pasti dalam suasana tenang seperti ini bisa dihasilkan guru-guru yang berilmu tinggi dan betul-betul punya akhlak mulia," kata Fachrul dalam kata sambutannya saat meresmikan Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Islam (STIPI) Maghfirah dan Madrasah Aliyah Milbos (Maghfirah Islamic Leadership Boarding School) di Kampung Maghfirah, di kaki Gunung Gede-Pangrango, Desa Tangkil, Caringin, Bogor, Jawa Barat, Senin (30/11).
Menurut Fachrul, ikhtiar Yayasan Kampung Maghfirah ini memiliki linearitas dan makna strategis untuk bangsa dan negara, selain untuk membangun sistem pendidikan yang baik ke depan. Sebab, pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang andal itu harus dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan. "Pendidikan merupakan kata kunci untuk menjadikan generasi masa depan bangsa yang lebih baik," kata Menag.
Lima ayat pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, ungkap Fachrul, berkaitan erat dengan pendidikan. Itu bermakna bahwa untuk memperbaiki umat dan bangsa haruslah dimulai dengan pendidikan.
Terkait istilah Maghfirah yang melekat pada nama Kampung Maghfirah, Menag menyampaikan harapannya agar selalu menjadi manusia yang terus mengajarkan sikap saling memaafkan, saling membuka kelapangan dada dan penuh kedamaian, bukan menjadi umat pendendam, umat yang saling memarahi, apalagi saling mencaci yang membuat ketidaknyamanan. "Islam agama yang sangat-sangat luar biasa, yang mengajarkan kedamaian, toleransi," kata Menag.
STIPI Maghfirah baru mengelola program studi Manajemen Pendidikan Islam. Total jumlah mahasiswa STIPI 300 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Adapun
jumlah pendaftar tahun ini sekitar 1.500 calon mahasiswa. Melalui seleksi ketat akhirnya yang diterima 230-an mahasiswa. Setengah dari yang diterima tahun ini adalah mahasiswi. Mahasiswa STIPI Maghfirah memperoleh beasiswa. Mereka wajib tinggal di asrama dan mengikuti seluruh kegiatan di asrama.
Pendidikan tinggi bersistem asrama sebagai ciri khas yang dikembangkan STIPI Maghfirah di Indonesia baru dalam hitungan jari. Sebut misalnya Universitas Darussalam Gontor yang juga mewajibkan mahasiswa tinggal di asrama, demikian STIBA Arrayah Sukabumi. STIPI Maghfirah hadir untuk mempersiapkan guru atau pendidik berkarakter kuat, berdedikasi, siap mengabdi dan siap menjadi panutan bagi peserta didik sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Menurut Ketua STIPI Maghfirah sekaligus Pimpinan Kampung Maghfirah KH Ahmad Hatta PhD, pihaknya menyiapkan pendidik yang tak hanya kompeten di bidang keilmuannya, tetapi juga menyiapkan mereka memahami ilmu agama secara baik dan memadai. Memiliki hafalan Alquran dan memahami maknanya. Berakhlak dan berkepribadian Islam, berdedikasi dalam mengajar. "Sosok pendidik ideal yang juga memahami landasan dan filosofi keilmuan sesuai paradigm dan tashawur Islam," kata Kiai Ahmad dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Selasa (1/12).
Menjadi guru, katanya, bukan sekadar profesi dan sarana mencari nafkah, tetapi berarti menjadi pengajar kebaikan. "Karya nyata kita hari ini adalah investasi untuk akhirat. Untuk itulah setiap matahari terbit saat pergantian hari kita harus malu kepada matahari yang sudah melakukan kebaikan kepada alam dan manusia," katanya.