Obligasi dan Sukuk WIKA Kelebihan Permintaan 2,5 Kali

Hingga November 2020, WIKA telah mendapatkan kontrak baru Rp 18 triliun.

Wijaya Karya
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, mendapatkan kelebihan permintaan sebesar 2,5 kali (oversubscribed) untuk Obligasi & Sukuk Mudharabah Berkelanjutan Tahap I senilai Rp 2 triliun untuk tenor 3, 5 dan 7 tahun dengan kupon masing-masing secara berturut-turut 8,60 persen, 9,25 persen, dan 9,85 persen.

Baca Juga


Perseroan menilai, hal itu menunjukkan masih tingginya minat dan kepercayaan para investor saat dan pasca pandemi untuk berinvestasi pada sektor infrastruktur khususnya pada WIKA yang diproyeksi akan semakin positif pada 2021 mendatang.

Direktur Keuangan WIKA, Ade Wahyu, mengatakan, WIKA bersyukur telah dipercaya oleh para investor dalam penawaran obligasi dan sukuk yang ditujukan untuk refinancing  komodo bonds dan alokasi kebutuhan modal kerja.

“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan seluruh pihak yang telah mendukung keberhasilan WIKA dalam proses penerbitan Obligasi & Sukuk Berkelanjutan Tahap I ini," kata Ade dalam Siaran Pers, Kamis (3/12).

Ia menuturkan, dengan model bisnis yang terintegrasi serta profil risiko yang terdiversifikasi, WIKA siap mendukung pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia serta pemulihan ekonomi nasional (PEN)

Ade menambahkan, kesuksesan penawaran Obligasi dan Sukuk Berkelanjutan Tahap I tersebut juga didorong oleh optimisme Perseroan mencapai target kontrak baru 2020 yang telah ditetapkan sebesar Rp 21,37 triliun. Hingga November, kontrak baru Perseroan telah mencapai Rp 18 triliun atau 84,22 persen dari target.

Adapun kontribusi kontrak baru terbesar secara berturut-turut berasal dari segmen infrastruktur dan gedung sebesar Rp 7,78 triliun, energi dan industrial plant sebesar Rp 5,62 triliun, industri Rp 4,10 triliun dan properti sebesar Rp 509 miliar.

Raihan kontrak kontrak besar diantaranya berasal dari proyek Smelter Feronikel yang terletak di Sulawesi Tenggara sebesar Rp 5,39 triliun, proyek lanjutan tol Serang Panimbang Rp 938 miliar dan proyek Bendungan Ameroro, Sulawesi Tenggara sebesar Rp 538 miliar.

Saat ini, Perseroan juga tengah mengikuti beberapa proses tender proyek strategis yang tahun ini akan diumumkan dan kualifikasinya sesuai dengan portofolio, pengalaman, dan teknologi terkini yang digunakan oleh Perseroan. Diharapkan hal itu bisa menjadi pengungkitnya.

Perseroan juga meyakini bahwa di tahun 2021 industri konstruksi di Indonesia akan kembali menggeliat seiring dengan membaiknya kondisi makro ekonomi di Indonesia, sehingga Perseroan yakin akan tumbuh signifikan di tahun 2021.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler