Pertamina Tambah 14 SPBU Daerah Terpencil di Kalimantan
Penambahan 14 SPBU di Kalimantan bagian dari program BBM Satu Harga
REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Pertamina menambah 14 Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) BBM Satu Harga di daerah terluar, terdepan, dan terpencil (3T) di seluruh Pulau Kalimantan sepanjang tahun 2020 ini, sebanyak 5 di antaranya ada di Kalimantan Utara dan 1 di Kalimantan Timur.
General Manager Marketing Operation Regional (GM MOR) 6 Kalimantan Pertamina Freddy Anwar, Kamis, mengatakan di Kalimantan Utara SPBU 3T dibangun di Kabupaten Bulungan di Kecamatan Tanjung Palas Utara, Tanjung Palas Barat, Sekatak, di Kabupaten Malinau ada di Kecamatan Mentarang Hulu, dan di Kecamatan Sebuku yang masuk wilayah Kabupaten Nunukan.
Tambahan satu-satunya untuk Kalimantan Timur ada di Kabupaten Mahakam Ulu yaitu SPBU Kompak di Kecamatan Long Pahangai yang jauhnya dua hari perjalanan dari Balikpapan.
“Yang lebih penting lagi dari SPBU ini adalah harga BBM yang dijual sama dengan harga SPBU di Balikpapan,” kata Freddy Anwar. Di SPBU di Long Pahangai kini ada solar seharga Rp5.150 per liter dan premium Rp6.450 per liter dalam Program BBM Satu Harga.
Ia mengatakan keberadaan SPBU itu sangat berpengaruh pada perekonomian masyarakat karena mereka dapat mengalihkan kelebihan dana pembelian bahan bakar untuk kebutuhan lain. Sebelumnya harga BBM di daerah terpencil itu bisa mencapai Rp10.000 - Rp20.000 per liter.
Setelah selesai mendirikan 35 SPBU di daerah 3T sejak tahun 2017–2019, saat ini sudah 49 SPBU di daerah 3T yang telah diselesaikan oleh Pertamina MOR VI.
Satu SPBU terjauh di tahun 2017 itu adalah SPBU Kompak di Long Apari, lebih kurang 2 jam lagi dari Long Pahangai menyusuri Sungai Mahakam. Tak lama setelah mendapat harga BBM sama dengan harga di Balikpapan, Long Apari mulai mencatat kemajuan-kemajuan yang berarti.
Antara lain, menurut Agnes Bulan, warga Kampung Tiong Bu’u, sinyal telepon bisa 24 jam. Sebelumnya, lanjut dia, menara sinyal seluler hanya beroperasi siang hari dengan sumber daya dari genset berbahan bakar solar, di mana solar masih berharga Rp15.000 per liter. Dengan harga solar menjadi Rp5.050 per liter, biaya operasional jadi lebih murah.