Perempuan di AS Positif Covid-19 Setelah 3 Kali Tes Negatif
Perempuan tersebut merasakan gejala Covid-19 meski hasil tes awalnya negatif.
REPUBLIKA.CO.ID, OKLAHOMA -- Lesley Shollmier, warga Oklahoma, Amerika Serikat, yang tertular virus corona mendorong orang lain untuk mendengarkan kata hati ketika mereka menunjukkan tanda-tanda Covid-19. Perempuan itu mengeklaim memiliki gejala, namun tiga kali mendapat hasil tes negatif palsu sebelum akhirnya positif Covid-19.
Shollmier mengatakan, dia mulanya pilek pada 23 November, tak lama sebelum Hari Thanksgiving. Shollmier yang berencana menghabiskan liburan bersama keluarganya memutuskan untuk mendapatkan tes cepat Covid-19 di ruang gawat darurat lokal. Hasilnya, negatif.
Terlepas dari hasil tesnya negatif, Shollmier mengatakan gejalanya terus memburuk. Kondisinya semakin menurun sehari setelah Thanksgiving.
Jumat pagi setelah Thanksgiving, Shollmier bangun dan membuat teh untuk dirinya sendiri. Ia menyadari hidungnya tidak bisa mencium apa pun.
"Saya langsung tahu ini Covid-19. Saya hanya tahu itu salah satu gejala klasik dan apa pun yang terjadi, saya pasti mengalaminya," katanya.
Shollmier kemudian pergi ke klinik lokal untuk menerima tes PCR, tes ini mendeteksi materi virus genetik dan membutuhkan beberapa hari sebelum menerima hasil. Lagi-lagi, ia mendapati hasil tes PCR-nya juga negatif.
Shollmier mengatakan bahwa tes PCR lain juga negatif hingga tiga kali berturut-turut. Ia mengeklaim bahwa dia kemudian menghubungi dokter perawatan primernya untuk menerima tes keempat.
"Saya punya firasat bahwa saya mengalaminya, meskipun ada tiga hasil negatif," katanya.
Shollmier lantas menjalani tes Covid-19 untuk keempat kalinya pada hari ke-10 mengalami gejala. Dua hari kemudian, dia menerima hasil positif Covid-19.
“Jangan memercayai tes Covid-19 negatif jika Anda memiliki gejala, terutama hilangnya rasa dan bau, Anda harus tinggal di rumah,” kata Shollmier.
"Dengarkan naluri Anda. Ketahui kapan Anda harus tinggal di rumah. Hanya karena Anda mendapatkan tes negatif, itu tidak berarti Anda negatif." katanya.
Rapid test virus corona dianggap kurang akurat karena tidak sepeka tes tradisional, karena mungkin melewatkan virus tingkat rendah. Tes molekuler, juga dikenal sebagai tes RT-PCR, tes amplifikasi asam nukleat (NAAT), atau tes diagnostik, mendeteksi materi genetik virus dan biasanya membutuhkan satu hari hingga satu pekan untuk menerima hasilnya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan bahwa tes ini sangat akurat dan biasanya tidak perlu diulang. Tidak jelas mengapa tes PCR dalam kasus Shollmier menghasilkan negatif palsu.
Swab test berdekatan waktu
Tes swab atau usap dengan polymerase chain reaction (PCR) masih menjadi metode terakurat mendeteksi infeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), penyebab Covid-19. Akan tetapi, hasil pemeriksaan memang kadang bisa berbeda ketika pengujian dilakukan dalam waktu berdekatan.
Pakar Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr Titik Nuryastuti, menjelaskan ada beragam faktor memengaruhi hasil uji swab PCR. Salah satunya ialah faktor waktu dan prosedur pengambilan sampel swab.
"Waktu pengambilan swab yang berbeda bisa memberikan hasil pemeriksaan yang berbeda pula," kata Titik, Selasa (8/12).
Titik mencontohkan, seseorang melakukan tes swab di rumah sakit dan hasilnya positif. Keesokan harinya, orang itu kembali melakukan swab PCR di rumah sakit yang berbeda, namun hasilnya menjadi negatif.
Titik menjelaskan, bila ini terjadi dalam masa inkubasi virus, yakni hari ke dua hingga 14 setelah terpapar, kondisi itu disebut sebagai negatif palsu. Ini mungkin terjadi karena jumlah virus yang rendah dan berada di bawah ambang deteksi PCR.
"Alhasil, uji swab memberikan hasil negatif," ujar Ketua Tim Laboratorium Covid-19 FKKMK UGM tersebut.