Ini Film yang Buat Gunawan Maryanto Jadi Aktor Terbaik FFI

Film The Science of Fiction telah tayang di bioskop sejak 10 Desember.

Dok. FFI 2020.
Gunawan Maryanto.
Rep: Rahma Sulistya Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunawan Maryanto menyabet penghargaan sebagai pemeran utama laki-laki terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2020. Prestasi tersebut dia peroleh berkat perannya dalam film The Science of Fictions.

Film tersebut disutradarai dan ditulis oleh Yosep Anggi Noen. Selain Gunawan, sinema ini dibintangi oleh Ecky Lamoh, Yudi Ahmad Tajudin, Lukman Sardi, Rusini, Asmara Abigail, Alex Suhendra, dan Marissa Anita.

The Science of Fictions menggambarkan bagaimana situasi bumi saat diumumkannya orang pertama berhasil mendarat di bulan. Inspirasi pembuatan film ini datang kepada Anggi ketika dia melihat lahan yang mirip dengan permukaan bulan di wilayah Parangkusumo, Bantul.

"Lahan bernama Gumuk Pasir itu memikat sekali secara visual dan lingkungan di sekitar Gumuk juga menarik," kata Anggi alam konferensi pers virtual, Jumat (11/12).

Di sana terdapat tempat karaoke murahan, tetapi ada lokasi manasik haji. Ada pula lokasi persembahan kepada Ratu Laut Selatan, namun juga ada tempat ibadah. Bahkan pada waktu-waktu tertentu, ada praktik prostitusi terselubung di sana. Saat menemukan betapa hiruk pikuknya sebuah tempat tersebut, dia pun tergelitik untuk mengemas cerita di sana.

Setelah menemukan lokasi, dia memikirkan kembali mengenai ide cerita. Dimulai dari pemikirannya soal bulan, tepatnya kejadian fenomenal saat manusia pertama mendarat di bulan. Bagaimana jika pendaratan manusia di bulan itu ternyata pengambilan gambarnya dilakukan di Gumuk Pasir?



Dia menghubungkannya dengan konteks politik di Indonesia pada 1960-an. "Sampai saat ini kita tahu bahwa ada ruang gelap sejarah saat perpindahan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto, berdarah-darah sekaligus manipulatif," ujarnya.

Pendaratan di bulan menjadi keberhasilan yang dirayakan secara global dan politik yang manipulatif, disaksikan oleh Siman, seorang petani biasa, manusia yang sederhana yang dibisukan.
 
Produser The Science of Fiction, Yulia Evina Bhara, yang telah berkolaborasi sebelumnya dengan Yosep dalam film Istirahatlah Kata-Kata mengaku langsung bersedia terlibat, tanpa pikir panjang. Pertama, menurut dia, Siman sangat sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Namun pada saat yang sama, dia juga merasa cara tutur film itu belum pernah ditemukan dalam film Indonesia lain.

Menurut Yulia, film ini menjadi sebuah tantangan berat. Pasalnya, sang tokoh utama tidak ada dialog selama film. Akan tetapi, dia yakin dengan visi artistik Anggi bahwa Gunawan pasti akan menghidupkan karakter Siman. "Yang paling menarik dari film ini untuk film Indonesia adalah karena film ini memberikan perbendaharaan baru, cara tutur sinema yang berbeda," ujar Yulia.

Produser Edwin Nazir mengatakan The Science of Fictions adalah cerita yang sangat kuat tentang kebenaran informasi dalam premis yang sangat unik. "Sesuatu yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia," kata dia dalam kesempatan yang sama.

Deretan penghargaan yang telah didapatkan oleh The Science of Fictions yakni memenangkan Piala Citra dalam kategori pemeran utama pria terbaik yang diberikan kepada Gunawan Maryanto. Pada penghujung 2019, film ini diganjar tiga gelar dari majalah Tempo yakni Film Pilihan Tempo, Sutradara Pilihan Tempo (Yosep Anggi Noen), dan Aktor Pilihan Tempo (Gunawan Maryanto).

Di tempat pemutaran perdananya, film ini juga diberi Special Mention, 72 Locarno Film Festival, Concorso Internazionale, 2019. Film ini diputar di bioskop Indonesia sejak 10 Desember 2020.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler