Sudah Berapa Banyak Plastik yang Kita Makan?
Kandungan mikroplastik dalam air dan makanan lama-lama menumpuk di tubuh.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Ada menu apa untuk makan malam? Lego sushi, burger kartu kredit, atau pipa PVC yang siap dimakan? Itulah visualisasi jumlah mikroplastik yang kita makan.
Contoh-contoh di atas mungkin terdengar ekstrem. Tetapi seiring waktu, tu dapat dengan mudah menunjukkan jumlah kumulatif potongan mikroskopis plastik yang dikonsumsi setiap hari.
Manusia bisa menelan setara dengan kartu kredit plastik dalam sepekan, berdasarkan sebuah studi tahun 2019 oleh WWF International. WWF menyimpulkan kandungan mikroplastik paling banyak didapat dari konsumsi air minum dalam kemasan plastik serta melalui makanan seperti kerang pastinya dimakan utuh hingga sistem pencernaannya yang mengandung plastik juga ikut tertelan.
Reuters menggunakan temuan penelitian untuk menggambarkan seperti apa sebenarnya jumlah plastik ini selama berbagai periode waktu. Contohnya dalam sebulan, kita menelan mikroplastik seberat kepingan Lego 4x2. Dalam setahun, jumlahnya seukuran plastik pada helm pemadam kebakaran.
Ini mungkin tidak terdengar banyak, tapi bisa bertambah. Pada tingkat konsumsi ini, dalam satu dekade, kita bisa memakan 2,5 kg plastik, setara dengan lebih dari dua potong pipa plastik yang cukup besar. Dan seumur hidup, kita mengonsumsi sekitar 20 kg mikroplastik.
Produksi plastik telah melonjak dalam 50 tahun terakhir dengan meluasnya penggunaan produk sekali pakai yang tidak mahal. Plastik tidak dapat terurai secara alami. Plastik hanya bisa terurai menjadi potongan-potongan kecil hingga akhirnya berakhir di mana-mana, mengacaukan pantai, mencekik satwa liar laut, serta merasuk ke dalam rantai makanan.
Profesor ilmu lingkungan University of Southampton, Malcolm Hudson, memantau garis pantai rawa asin yang dilindungi di Inggris selatan. Ia menunjukkan kepada Reuters butiran plastik kecil seperti manik-manik yang menembus rawa.
Hudson mengatakan bahwa sebagian besar penelitian telah dilakukan pada mikroplastik ini. Tetapi ada peningkatan jumlah partikel yang lebih kecil yang disebut nanoplastik di lingkungan yang jauh lebih sulit untuk dideteksi, yang kemungkinan akan tertelan juga.
"Itu bisa masuk ke dalam darah atau sistem limfatik kita dan berakhir di organ kita," kata Hudson, dilansir Reuters pada Selasa (15/12).
"Partikel-partikel plastik itu adalah bom waktu kecil yang menunggu untuk diserap oleh satwa liar atau oleh manusia dan kemudian berpotensi menimbulkan konsekuensi yang berbahaya," ujar Hudson.