Angkut Vaksin, Dirut Garuda Tepis Soal Ladang Bisnis

Garuda tak dapat jadikan misi kemanusiaan untuk ambil untung besar.

Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Petugas bandara menurunkan kontainer Vakin Sinovac dari pesawat di Terminal Cargo, Bandara Soekarno Hatta, Ahad (6/12) malam. Vaksin Sinovac ini dibawa menggunakan cold storage menggunakan pesawat Garuda Indonesia GIA 810 777-300 ER
Rep: Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menepis soal anggapan ladang bisnis dalam proses distribusi vaksin Covid-19. Maskapai Garuda Indonesia saat ini sudah mendapatkan sertifikat untuk mengangkut distribusi vaksin Covid-19.


“Yang sulit buat kita di BUMN persepsi dari luar, contohnya kami Garuda dianggap bisnis membawa vaksin. Tapi kalau disebut begitu selalu dilihatnya berapa ongkos kita dan kita jual setinggi-tingginya supaya kita untung,” kata Irfan kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon, Selasa (15/12).

Irfan menegaskan, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Garuda Indonesia tidak bisa menjadikan misi kemanusiaan tersebut menjadi ladang bisnis dengan mematok untung besar. Pada saat tertentu, lanjut Irfan, Garuda Indonesia harus mengambil peran merepresentasikan pemerintah dan menjalankan tugas negara.

“Kalau kita ngomong tugas negara itu ditugaskan. Ini tugas kamu, diongkosin sekian, kita harus pastikan apa yang diberikan itu bisa dijalankan,” jelas Irfan.

Irfan menuturkan, jika sudah mendapatkan penugasan dari pemerintah maka Garuda tidak dapat menolak. Terlebih jika penolakan tersebut karena keuntungan yang sedikit.

Nggak bisa kita bilang maaf tidak bisa, untungnya kedikitan. Kan tidak bisa begitu jadi kami mesti jalankan,” tutur Irfan.

Irfan tidak ingin dengan penugasan pengangkutan vaksin maka terlihat akan memanfaatkan hal tersebut menjadi ladang bisnis. Sebagai BUMN yang ditugaskan, Irfan menegaskan, Garuda Indonesia hanya menjalankan misi kemanusiaan demi menyehatkan dan menyelesaikan persoalan pandemi secepatnya.

“Kan semua BUMN bisa diaudit untung apa tidak. Jangan-jangan bisa mengagetkan hasilnya. Harus diapresiasi ketikan BUMN efisiensi gila-gilaan untuk memastikan ada margin dari penugasan yang diberikan ke dia,” ungkap Irfan.

Maskapai Garuda Indonesia menjadi yang pertama dan satu-satunya untuk saat ini yang ditugaskan dalam mengangkut vaksin Covid-19 ke Indonesia. Vaksin pertama yang dipesan pemerintah dari China mendarat di Bandara Soekarno Hatta pada Ahad (6/12) pukul 21.23 WIB dan dibawa oleh Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GIA 810 menggunakan pesawat Boeing 777-300ER dari Beijing.

Pemerintah juga mengeluarkan anggaran sekitar Rp 1,1 triliun untuk pengadaan vaksin Covid-19 dan beberapa peralatan pendukungnya pada tahun ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan pemerintah telah membelanjakan Rp 637,3 miliar untuk pengadaan tiga juta dosis vaksin dari Sinovac dan 100 ribu dosis dari Cansino yang merupakan bagian dari belanja Kementerian Kesehatan (Kemenkes). 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler