Lebanon Siap Datangkan Vaksin Pfizer-BioNTech
Lonjakan infeksi Covid-19 telah membebani sistem perawatan kesehatan Lebanon
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon diperkirakan akan menandatangani kesepakatan untuk pasokan vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech pada pekan ini. Menurut Menteri Kesehatan sementara, Hamad Hassan, kesepakatan tersebut akan menghasilkan gelombang pertama pengiriman pada delapan pekan setelah itu.
Lebanon dengan perkiraan populasi enam juta orang telah melaporkan 1.210 kematian akibat Covid-19. Terlepas dari kekurangan devisa negara yang parah, pemerintah mengharapkan untuk menandatangani kesepakatan untuk pasokan vaksin Pfizer-BioNTech secepatnya.
Lonjakan infeksi telah membebani sistem perawatan kesehatan Lebanon yang telah berjuang di tengah krisis keuangan dan setelah ledakan pelabuhan besar pada Agustus menghancurkan rumah sakit di Beirut. Krisis ekonomi menambah tekanan karena telah mendorong banyak dokter untuk bermigrasi dan meningkatkan kekhawatiran bahwa subsidi obat-obatan akan dicabut.
Hassan awalnya menetapkan nilai kesepakatan 18 juta dolar AS untuk dapat membawa vaksin tersebut. Namun, dia mengklarifikasi pada Rabu (16/12) bahwa angka ini masih dinegosiasikan.
Para pejabat sebelumnya mengatakan Lebanon sedang dalam pembicaraan untuk mengamankan 1,5 juta dosis vaksin. Pembayaran pertama sebesar empat juta dolar AS telah diamankan dalam pertemuan dengan bank sentral dan perdana menteri yang mengundurkan diri.
"Kami menghilangkan hambatan ini," kata Hassan.
Lebanon juga telah mendaftar untuk bergabung dengan COVAX atau skema global yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyediakan vaksin ke negara-negara miskin. Hassan mendesak badan-badan PBB dan organisasi non-pemerintah untuk membantu mengamankan lebih banyak vaksin untuk Lebanon, di mana jumlah pengungsi setidaknya seperempat dari populasi.
"Melindungi semua komunitas yang tinggal di Lebanon… harus menjadi bagian dari rencana yang sama," kata Hassan.