Pelindo III Ungkap Adanya Penurunan Arus Petikemas
Pelindo III memastikan tak ada penumpukan petikemas di Pelabuhan Tanjung Perak.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III mencatat adanya penurunan arus petikemas ekspor impor di dua terminal yang dikelola perusahaan. Yakni Terminal Petikemas Surabaya dan Teluk Lamong. Data hingga November 2020 arus petikemas turun 5-7 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.
"Arus petikemas memang turun jika dibandingkan tahun lalu, tapi angka penurunan masih sekitar lima persen sampai tujuh persen," kata VP Corporate Communications Pelindo III, Suryo Khasabu di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (25/12).
Arus petikemas internasional, kata dia, masing-masing untuk Terminal Teluk Lamong sampai November 2020 mencapai 270.944 TEUs. Sedangkan di Terminal Petikemas Surabaya tercatat sebanyak 1.164.854 TEUs.
Suryo memastikan tidak ada penumpukan petikemas ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Perak. Bahkan pada perayaan Natal 2020 dan tahun baru 2021 arus petikemas di dua terminal tersebut terpantau masih lancar. Pelindo III tetap memberikan pelayanan maksimal saat libur Nataru dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
"Kami tetap beraktivitas seperti biasanya tentu dengan tetap mempehatikan protokol kesehatan," kata Suryo.
Suryo juga menegaskan, semua fasilitas pendukung protokol kesehatan mulai tempat cuci tangan, cairan pembersih tangan (hand sanitizer), tempat pemeriksaan dokumen kesehatan, hingga alat pengukur suhu tubuh disediakan perusahaan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, selama Januari-November 2020 ekspor Jatim mengalami penurunan 6,05 persen dibandingkan pediode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor pada periode itu tercatat sebesar 17,44 miliar dolar AS. Sementara di Januari-November 2019 mencapai 18,56 miliar dolar AS.
Untuk impor, selama Januari-November 2020 juga mengalami penurunan mencapai 15,66 persen. Sepanjang periode itu impor Jatim tercatat sebesar 17,95 miliar dolar AS. Jauh dibanding periode sama pada 2019 yang mencapai 21,28 miliar dolar AS.