Iran Perluas Kebijakan Jam Malam ke Ratusan Kota

Jam malam ini berlaku dari pukul 21.00 hingga 04.00 pagi.

ABEDIN TAHERKENAREH/EPA EFE
Warga Teheran Iran melintasi jalanan kota menggunakan masker, Sabtu (22/2/2020). Iran memperluas kebijakan jam malam ke 330 kota besar dan kecil yang resiko penularan Covid-19 rendah.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran memperluas kebijakan jam malam ke 330 kota besar dan kecil yang resiko penularan Covid-19 rendah. Stasiun televisi pemerintah melaporkan langkah ini dilakukan untuk menahan angka kasus positif dan kematian terkait virus korona yang akhir-akhir ini menurun.

Baca Juga


Jam malam ini berlaku dari pukul 21.00 hingga 04.00 pagi. Juru bicara gugus tugas Covid-19 Iran Alireza Raisi mengatakan jam malam yang sudah diterapkan di 108 kota yang tingkat kewaspadaan menengah atau zona oranye akan diperluas ke kota yang tingkat kewaspadaan rendah atau zona kuning.

Jam malam yang melarang mobil pribadi keluar-masuk kota diberlakukan untuk mengurangi kontak antar orang. Pekan lalu sekitar 100 ribu denda diberlakukan pada satu malam.

Pada Ahad (27/12) Kementerian Kesehatan Iran mengatakan dalam 24 jam terakhir 134 pasien meninggal dunia karena Covid-19, terendah sejak 13 September lalu. Total orang yang meninggal dunia terkait virus korona di negara Timur Tengah itu menjadi 54.574 orang.

Iran melaporkan 5.760 kasus baru, kasus harian terendah sejak 22 Oktober. Sehingga negara itu mencatat 1.194.964 kasus infeksi sejak awal pandemi.

 

Iran mengatakan badan otoritas AS sudah menyetujui pembelian vaksin melalu aliansi vaksin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang disebut COVAX. Tapi mereka tidak menyebutkan vaksin apa yang akan dibeli.

Di stasiun televisi, kepala Palang Merah Iran mengatakan akan mengimpor vaksin Cina. Tapi lembaga independen itu tidak menyebutkan nama vaksinnya. Ditanya mengenai keamanan vaksin tersebut, Kepala Palang Merah Iran Karim Hemmati mengatakan semua vaksin dan obat yang impor dikontrol oleh Badan Obat-obatan dan Makanan Iran.

"Jadi tidak ada masalah di sini," kata Hemmati.

Dalam pidatonya, Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan sanksi Amerika Serikat (AS) mempersulit Iran membayar vaksin. "Kami mengadakan uang dari bank untuk membeli vaksin dari COVAX tapi mereka mengatakan kami membutuhkan persetujuan AS," katanya.

Sanksi-sanksi Washington terhadap Iran tidak mencakup makanan dan obat-obatan. Tapi sanksi tersebut menahan bank-bank asing memproses transaksi finansial kesepakatan perdagangan Iran.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler