Singapura Puji Peran Melayu/Muslim Cegah Penyebaran Covid-19
Warga Melayu/Muslim Singapura telah bertindak secara bertanggung jawab selama pandemi
REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Peran warga Muslim atau Melayu Singapura dalam membantu mencegah penyebaran virus corona di negara itu menuai pujian. Menteri Urusan Muslim Masagos Zulkifli pada 18 Desember lalu mengatakan warga Melayu/Muslim Singapura telah bertindak secara bertanggung jawab selama wabah Covid-19 tahun ini.
Mereka disebut berperan membantu mencegah penyebaran virus corona. Masagos, yang juga Menteri Sosial dan Pengembangan Keluarga, menyoroti bagaimana komunitas Melayu/Muslim tidak hanya bertindak membantu satu sama lain, tetapi juga memainkan peran dalam mengekang penyebaran virus corona di Singapura.
Selama wawancara dengan para pemimpin Melayu/Muslim pada 18 Desember lalu, ia memuji penyesuaian yang dilakukan komunitas Muslim terhadap cara hidup untuk mencegah situasi virus corona memburuk di negara itu. Penyesuaian itu di antaranya dengan penutupan masjid, penangguhan sholat berjamaah, penundaan haji, dan menangguhkan mengunjungi kerabat dan keluarga selama perayaan Hari Id tahun ini.
Pada saat yang sama, Melayu/Muslim Singapura bekerja membantu mereka yang paling membutuhkan. Masagos mengatakan, komunitas Melayu/Muslim telah mengumpulkan tiga juta dolar pada April, di tengah bulan Ramadhan.
Upaya dasar, yang dinamai SGUnited Buka Puasa, ini mendistribusikan makanan kepada 20 ribu orang di garda terdepan dan keluarga yang membutuhkan setiap hari. "Ini semua adalah hasil yang luar biasa dari semangat kebersamaan dalam komunitas kita, tingkat pencapaian, yang dididik dalam masyarakat terbuka, mampu menyatukan masyarakat. Tidak hanya untuk kebutuhannya sendiri, tetapi juga untuk berkontribusi agar tidak menyebarkan virus ke orang lain karena praktik yang biasa kami lakukan," kata Masagos, dilansir di The Straits Times, Senin (28/12).
Masagos juga menyanjung soal nasehat dan kerja sama yang baik dari otoritas agama dan ahli medis di komunitas tersebut. Melalui itu, menurutnya, pedoman yang jelas untuk kegiatan sosial keagamaan dapat segera diberikan.
Kegiatan keagamaan skala besar telah diketahui menjadi titik nyala bagi cluster Covid-19 untuk berkembang. Salah satu yang terkenal adalah gerakan misionaris Muslim di masjid Seri Petaling di pinggiran Kuala Lumpur yang berlangsung dari 27 Februari hingga 1 Maret 2020, yang dilaporkan melibatkan hingga 10 ribu orang dari beberapa negara dan mengakibatkan beberapa kasus virus yang diimpor.
Setelah itu, Dewan Agama Islam Singapura (Muis) memutuskan menutup masjid di Singapura pada Maret. Masagos mengatakan, keputusan ini hanya bisa dibuat karena kerja sama di dalam masyarakat.
"Ini hanya mungkin karena para dokter memberikan nasihat yang baik untuk guru agama bahwa jamaah di mana intensitas interaksi, kepadatan tinggi orang berkumpul (dan) jarak yang tidak dapat dikendalikan pada saat itu, akan menjadi titik kilasan yang dapat mengakibatkan lebih banyak orang terinfeksi," ujarnya.
Mengenai kemungkinan melaksanakan sholat tarawih berjamaah di masjid selama Ramadhan tahun depan, Masagos mengatakan pihak berwenang berharap bisa mengizinkan mereka melanjutkannya. Namun, dengan mempertimbangkan beberapa sesi yang lebih pendek.
Pekan lalu, Kementerian Komunikasi dan Informasi mengeluarkan klarifikasi kepada The Straits Times dari Dewan Agama Islam Singapura (Muis) dan mengatakan perihal sholat tarawih itu terlalu dini untuk mengatakan apakah akan diizinkan atau tidak. Menurut mereka, hal itu akan sangat tergantung pada situasi pada April mendatang.