Epidemiolog Khawatir Vaksinasi Covid-19 tak Efektif

Keberhasilan vaksinasi lebih mudah jika kurva pandemi sudah melandai.

EPA-EFE/MUCHILS/INDONESIAN PRESIDENTIAL PALAC
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh kantor pers Istana Kepresidenan Indonesia menunjukkan wadah vaksin COVID-19 sinovac sedang diturunkan dari pesawat Garuda Indonesia di bandara internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Indonesia, 31 Desember 2020.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengkhawatirkan vaksinasi Covid-19 berpotensi melenceng dari tujuan menciptakan kekebalan.

Dicky memantau proses vaksinasi dari pemerintah sulit dilakukan jika kurva pandemi Covid-19 dalam kondisi tinggi.

Baca Juga



"Keberhasilan vaksinasi lebih mudah terjadi pada kondisi kurva pandemi yang sudah melandai. Fakta yang terjadi di Indonesia kurvanya masih terus naik, dikhawatirkan menjadi tidak efektif atau butuh waktu lebih lama menciptakan herd immunity," kata Dicky dalam keterangan pers yang diterima Republika, Sabtu (2/1).

Dicky mengungkapkan kondisi pandemi Covid-19 bisa saja terus memburuk karena penyebaran virus dalam kondisi  tak terkendali.

Kondisi ini berpotensi terus berlangsung selama menunggu vaksin yang akan disuntikan secara bertahap.

"Akibat terburuk pandemi tidak terkendali yang dikuatirkan selain banyaknya kematian adalah timbulnya strain baru yang merugikan," ujar Dicky.

Selain itu, Dicky mengatakan dengan semakin banyak orang yang positif di tengah masyarakat mengakibatkan orang usia lanjut dan komorbid semakin terancam jiwanya.

 

Kekhawatiran Dicky berlanjut akibat hunian rumah sakit yang penuh hingga mereka bisa saja tak terselamatkan.

"Inilah yang akan meningkatkan angka kematian di Indonesia," ungkap Dicky.

Diketahui, total penderita Covid-19 di Tanah Air mencapai 751 ribu dengan penambahan 8.072 orang hingga Jumat (1/1).

Adapun jumlah penderita sembuh sebanyak 618 ribu. Sedangkan penderita yang meninggal di angka 22.329 jiwa. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler