Tahun 2021 akan Jadi Tahun Sulit Bagi Bolsonaro
Bolsonaro tidak memiliki partai kuat yang mendukungnya
REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengakhiri tahun 2020 dengan cukup baik dari sisi pribadi maupun politik. Ia semakin populer walaupun pandemi Covid-19 menewaskan lebih dari 200 ribu warga Brasil. Namun tampaknya kondisi akan berbeda pada tahun ini ketika kampanye untuk periode kedua mulai digelar.
Ia ditekan dari semua arah mulai dari pihak yang berusaha membatasi perlindungan lingkungan hingga bangkitnya sayap kiri di pemerintahan dan budaya. Di saat yang sama, Bolsonaro juga berselisih dengan rekan-rekannya dari sayap konservatif.
Angka kematian terkait Covid-19 di Brasil mencetak rekor tertingginya dalam tiga bulan terakhir. Sementara Bolsonaro bersikeras pandemi negara terbesar di Amerika Latin itu sudah mereda.
Putranya juga sedang diselidiki terkait kasus korupsi. Ia tidak memiliki dukungan yang kuat dari Kongres lalu sekutu internasional terbesarnya yakni Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan segera turun. Keduanya memiliki retorika yang keras dan menguji norma-norma demokrasi.
Popularitasnya di masyarakat termiskin di Brasil semakin meningkat setelah pemerintah membagikan bantuan keuangan pandemi yang menyelamatkan jutaan orang dari kelaparan. Konsultan Politik di firma Arko Advice, Lucas de Aragão, mengatakan mungkin Bolsonaro terkenal melanggar aturan tapi ia mulai semakin pragmatis.
"Ia mungkin tidak akan pernah menjadi presiden yang bermain sesuai dengan aturan tapi ia akan mulai memilih pertarungannya," kata Aragão, Sabtu (2/1).
Menurut Aragão, presiden akan mulai pragmatis dengan lebih berhati-hati memilih musuhnya. Selama kampanye 2018, perlawanan Bolsonaro terhadap kelompok berkuasa dan elite intelektual sesuai dengan pemilih termasuk masyarakat moderat.
Ia menang mudah dan terus mempertahankan retorika-retorika kerasnya dengan menantang pemimpin-pemimpin kongres, jaksa federal, gubernur-gubernur, dan Hakim Mahkamah Agung. Banyak dari mereka yang dapat membantunya meloloskan undang-undang melalui Kongres atau terpilih kembali pada pemilihan 2022.
Di Amerika Serikat, Trump mempertahankan pidato yang memecah belah dan kalah. Tidak seperti Trump, Bolsonaro tidak memiliki partai kuat yang mendukungnya. Sejak keluar dari Social Liberal Party tahun lalu, Bolsonaro sudah tidak lagi memiliki partai.
Kini ia mencoba menarik mayoritas di Kongres yang akan menggelar pemilihan ketua pada 1 Februari mendatang. Pemilihan tersebut dapat menentukan masa depan rancangan undang-undangnya yang ambisius. Bolsonaro mulai berusaha memperbaiki hubungan dengan banyak pihak.
Setelah berbulan-bulan menjelek-jelekkan Mahkamah Agung yang menurutnya bias menentangnya, pada Oktober muncul foto yang memperlihatkan Bolsonaro sedang memeluk Hakim Mahkamah Agung Dias Toffoli di pertemuan informal di rumah Toffoli. Reaksi terhadap foto tersebut memperlihatkan dilema yang dimiliki Bolsonaro.
Banyak pendukung presiden itu yang mengungkapkan keterkejutan atau kebingungan mereka di media sosial. "Saya harus mengelola pemerintahan," jawab Bolsonaro di Facebook atas respons terhadap foto tersebut.
Hasil pemilihan daerah bulan lalu menjadi peringatan bagi Bolsonaro. Hanya lima kandidat wali kota yang presiden dukung yang memenangkan pemilihan. Tidak satu pun kota-kota terbesar di Brasil. Tiga orang sumber dari pemerintahan mengatakan hasil pemilihan daerah tersebut mengejutkan Bolsonaro.
"Dia tidak menyangka pengaruhnya begitu kecil," kata salah satu pejabat yang tak dapat menyebutkan namanya karena tidak berwenang berkomentar kepada publik.