Kementan: Tiga Negara Mulai Jajaki Investasi Pabrik Gula

Dua negara minat gula tebu dan satu negara berminat investasi gula berbasis stevia.

ANTARA/Irfan Anshori
Petugas mengawasi proses penggilingan tebu di sebuah pabrik (ilustrasi). Kementerian Pertanian menyatakan ada tiga negara yang tengah menjajaki investasi pabrik gula di Indonesia.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, upaya untuk menuju swasembada gula konsumsi terus dikejar. Perluasan area tanam serta penambahan pabrik gula mesti terus didorong untuk dapat memenuhi kebutuhan gula konsumsi nasional.

Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, mengatakan, ketiga investor tersebut berasal dari Uni Emirat Arab, India, dan Rusia.

"Sudah ada (calon investor). Tapi ini butuh waktu karena investasi pabrik gula itu butuh waktu lama dan  mahal," kata Kasdi saat ditemui Republika.co.id, Selasa (5/1).

Kasdi mengatakan, khusus Uni Emirat Arab dan India tertarik untuk berinvestasi gula berbasis tebu. Sementara investor Rusia menyatakan tertarik untuk membangun pabrik gula berbasis stevia.

Baca Juga


 

Kasdi mengatakan, investasi pabrik gula yang berbasis tebu tentunya akan mendukung program pemerintah dalam mewujudkan swasembada gula konsumsi. Sementara, investasi pabrik gula berbasis stevia juga akan menjadi fokus pemerintah karena mendukung produksi gula di dalam negeri.

Adapun untuk kapasitas pabrik yang akan dibangun belum dijelaskan. Namun, menurut dia, rata-rata kapasitas pabrik gula yang dibangun berkisar 6.000 hingga 10.000 ton tebu per hari (tcd). Menurut Kasdi, investasi pabrik gula yang sudah masuk rata-rata bernilai antara Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun tergantung kapasitasnya.

Kasdi pun menjelaskan, Kementan menargetkan program swasembada gula konsumsi mulai difokuskan sejak 2020 hingga 2023 mendatang. Rata-rata konsumsi gula nasional sebesar 5,8 juta ton. Itu terdiri dari 3 juta ton gula industri dan 2,8 juta ton gula konsumsi.

Kementan, fokus pada gula konsumsi yang dapat diproduksi dari tanaman tebu. Saat ini rata-rata produksi gula berbasis tebu secara nasional masih berkisar 2-2,2 juta ton. Khusus tahun 2020, produksi turun ke menjadi 2,03 juta ton.

Dengan kata lain rata-rata kekurangan gula masih di atas 600 ribu ton. "Nah ini impornya yang mau kita tutup," kata Kasdi.

Swasembada gula dikejar melalui upaya rawat raton seluas 75 ribu hektare dan bongkar raton 250 ribu hektare. Selain itu, juga dilakukan penambahan areal perkebunan tebu 50 ribu hektare. Menurut Kasdi, dari hitungan luasan tersebut, bisa dihasilkan sekitar 676 tambahan produksi gula dalam negeri tentunya dengan dukungan investasi pabrik gula.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler