Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tempe Perkecil Undangan

Sutarno pun mengakali kenaikan harga kedelai dengan mengurangi standar ukuran tahu da

Republika/Bayu Adji P
Para perajin memproduksi tempe di Kampung Sukamaju, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Selasa (5/1). Ukuran tempe diperkecil oleh para perajin lantaran harga kedelai mahal.
Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Naiknya harga kedelai selama pandemi Covid- 19 turut dirasakan pengusaha tempe di sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara dan terkhusus di Kota Baubau dan Konda Kabupaten Konawe Selatan, Sultra. Salah satu pengrajin tempe dan tahu di Kota Baubau, Sutarno kepada awak media, Rabu (6/2) mengeluh karena bahan baku yang biasanya diperoleh dengan harga Rp 7.500 per kilogram kini naik menjadi Rp 9.500 per kilogram. "Kami terpaksa mengurangi produksi tahu dan tempenya hingga 50 persen untuk dapat menggaji para karyawan," ujaranya.

Baca Juga


Sutarno pun mengakali kenaikan harga kedelai dengan mengurangi standar ukuran tahu dan tempe jualannya demi menggait minat beli masyarakat. "Kita tidak naikkan harga, tetapi ukurannya yang kita kurangi," tutur Sutarno.

Sejak naiknya harga kedelai omset dan keuntungan usahanya pun menurun, biasanya mencapai Rp 800 ribu per hari kini paling tinggi Rp 400 ribu higga Rp 500 ribu per hari.

Selama pandemi Covid-19,Sutarno juga telah memangkas sebagian karyawan, bahkan dirinya pun turun tangan untuk mengolah sendiri kedelai menjadi tempe dan tahu.

"Karyawan sebagian sudah saya istrahatkan, gaji karyawan pun sekarang saya kurangi," tambahnya. Jika harga kedelai terus merangka naik Sutarno memastikan usahanya yang sudah Ia rintis sejak puluhan tahun silam itu terancam gulung tikar.

Harga kedelai diharapkan kembali normal, begitupun dengan pandemi Covid-19 segera berlalu, sehingga para karyawan yang sempat diberhentikan kembali dipekerjakan.

 

 

 

 

 

Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tempe Perkecil Undangan

 

KENDARI -- Naiknya harga kedelai selama pandemi Covid- 19 turut dirasakan pengusaha tempe di sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara dan terkhusus di Kota Baubau dan Konda Kabupaten Konawe Selatan, Sultra. Salah satu pengrajin tempe dan tahu di Kota Baubau, Sutarno kepada awak media, Rabu (6/2) mengeluh karena bahan baku yang biasanya diperoleh dengan harga Rp 7.500 per kilogram kini naik menjadi R p9.500 per kilogram. "Kami terpaksa mengurangi produksi tahu dan tempenya hingga 50 persen untuk dapat menggaji para karyawan," ujaranya.

Sutarno pun mengakali kenaikan harga kedelai dengan mengurangi standar ukuran tahu dan tempe jualannya demi menggait minat beli masyarakat. "Kita tidak naikkan harga, tetapi ukurannya yang kita kurangi," tutur Sutarno.

Sejak naiknya harga kedelai omset dan keuntungan usahanya pun menurun, biasanya mencapai Rp 800 ribu per hari kini paling tinggi Rp400 ribu-Rp500 ribu per hari.

Selama pandemi Covid-19,Sutarno juga telah memangkas sebagian karyawan, bahkan dirinya pun turun tangan untuk mengolah sendiri kedelai menjadi tempe dan tahu.

"Karyawan sebagian sudah saya istrahatkan, gaji karyawan pun sekarang saya kurangi," tambahnya. Jika harga kedelai terus merangka naik Sutarno memastikan usahanya yang sudah Ia rintis sejak puluhan tahun silam itu terancam gulung tikar.

Harga kedelai diharapkan kembali normal, begitupun dengan pandemi Covid-19 segera berlalu. Sehingga para karyawan yang sempat diberhentikan kembali dipekerjakan.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler