Twitter Hapus Cuitan Kedutaan China tentang Wanita Uighur

Cuitan Kedutaan China tentang wanita Uighur dihapus twitter.

EXOTICAQURIUM.COM
Twitter Hapus Cuitan Kedutaan China tentang Wanita Uighur. Foto: Twitter (Ilustrasi)
Rep: Meiliza Laveda Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Twitter menghapus tweet kontroversial yang ditulis oleh Kedutaan Besar China di Washington pada Sabtu (9/1). Ini terjadi setelah aktivis menyuarakan kemarahan atas pesan yang dianggap tidak manusiawi terhadap wanita Uighur.

Cuitan itu yang diunggah pada Kamis dan menuai kecaman luas karena mengklaim wanita Uighur telah dimerdekakan pikirannya dan tidak lagi menjadi mesin pembuat bayi. "Kami melarang dehumanisasi pada sekelompok orang berdasarkan agama, ras, atau etnis," kata Juru Bicara Twitter kepada Ars Technica.

Kedutaan China pada Kamis mempromosikan sebuah studi di media yang dikelola pemerintah. Mereka mengklaim bahwa tingkat kelahiran menurun pada 2018 di antara wanita Uighur. Hal ini dikarenakan mereka semakin menerima tindakan kontrasepsi atas pemberantasan ekstremisme agama.

"Studi menunjukkan bahwa dalam proses pemberantasan ekstremisme, pikiran wanita Uygur di Xinjiang dibebaskan, kesetaraan gender serta kesehatan reproduksi dipromosikan, membuat mereka tidak lagi menjadi mesin pembuat bayi. Mereka lebih percaya diri dan mandiri,” tulis cuitan tersebut.

Setelah diunggah, warganet langsung menanggapi, termasuk dari para aktivis yang mendesak agar menghapus cuitan tersebut. "Cara menarik untuk menyombongkan diri tentang melakukan genosida," tulis Penulis CJ Werlman, menanggapi tweet kedutaan sebelum dihapus.

"China bahkan tidak bisa menyembunyikan penghinaan genosidalnya terhadap wanita Muslim Uyghur dengan merendahkan mereka sebagai mesin pembuat bayi," kata Kontributor The New Arab, Werlman.

Baca Juga


Peneliti Jasmin Mujanovic menggemakan pernyataan itu. "Seperti inilah suara penolakan genosida dalam waktu nyata,” ujar Mujanovic.

"China baru saja mengakui secara paksa mensterilkan wanita kami," kata Aktivis Uighur, Aydin Anwar.

Wartawan Owen Hughes juga menimpali cuitan itu dengan mengatakan, “Jika Twitter ada pada tahun 1940-an, itu adalah sesuatu yang akan ditweet oleh Nazi Jerman,” ujar dia.

"Mengapa witter mengizinkan platform mereka digunakan untuk propaganda semacam ini? Mereka membual tentang Genosida Muslim," tulis Senator Kanada Leo Housakos.

Dilansir Al Arabiya, Ahad (10/1), selompok hak asasi manusia mengatakan lebih dari satu juta orang Uighur dan sebagian besar Muslim lainnya di wilayah barat laut Cina Xinjiang telah ditahan di kamp-kamp. Aksi ini dilakukan dalam upaya untuk membasmi adat istiadat Islam dan secara paksa mengintegrasikan minoritas.

Cina menegaskan pihaknya menawarkan pelatihan kejuruan untuk mengurangi daya tarik ekstremisme setelah serangan mematikan. Sebuah studi oleh Peneliti, Jerman Adrian Zenz tahun lalu menemukan Cina telah secara paksa mensterilkan sejumlah besar wanita Uighur dan menekan mereka untuk menggugurkan kehamilan yang melebihi kuota lahir. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler