WHO Diharap Segera Izinkan Vaksin AstraZeneca

Izin darurat AstraZeneca diharapkan bisa keluar satu dua bulan ke depan.

EPA
Vaksin Covid-19 eksperimental yang dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford.
Rep: Kamran Dikarma Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- The Serum Institute of India (SII) berharap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) segera memberi otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 yang dikembangkan AstraZeneca bersama tim Oxford University. SII adalah perusahaan farmasi yang akan memproduksi vaksin AstraZeneca untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

"Izin penggunaan darurat dari WHO harus tersedia dan datang dalam satu atau dua pekan ke depan, mudah-mudahan, karena kami telah menyerahkan semuanya," kata CEO SII Adar Poonwalla pada Kamis (14/1).

Poonwalla mengatakan perusahaannya juga akan mulai menyediakan dan mencadangkan jutaan dosis vaksin Covid-19 Novavax pada sekitar April. “Ini akan menjadi lebih dari 40-50 juta dosis per bulan adalah apa yang kami coba untuk mengadakan persediaan produk Novavax," ujarnya.

Dia mengatakan kendaraan tujuan khusus yang menampung produk terkait pandemi harus bernilai 12 miliar hingga 13 miliar dolar AS. "Kami berada dalam posisi unik untuk dapat membuat begitu banyak vaksin berbeda dengan volume dan kapasitas yang sangat besar,” ucapnya.

“Bagi seorang investor yang memiliki valuasi 12-13 miliar dolar AS, itu akan menjadi kesepakatan yang fantastis, meninggalkan banyak keuntungan," kata Poonwalla.

WHO telah memberi izin penggunaan darurat untuk vaksin Pfizer/BioNTech pada 31 Desember tahun lalu. Keputusan itu membuka jalan bagi negara-negara di seluruh dunia untuk segera menyetujui impor dan distribusinya.

"Ini adalah langkah yang sangat positif untuk memastikan akses global ke vaksin Covid-19," ujar Dr. Mariangela Simao, asisten direktur jenderal WHO untuk akses ke obat-obatan dan produk kesehatan.

WHO mendorong lebih banyak pengembang vaksin untuk ditinjau dan dinilai. "Sangat penting bagi kami untuk mengamankan pasokan penting yang diperlukan untuk melayani semua negara di seluruh dunia dan membendung pandemi," kata Simao.

Sekitar 50 negara di dunia, termasuk AS dan Uni Eropa, telah menyetujui vaksin Pfizer-BioNTech. Inggris menjadi negara Barat pertama yang memberi lampu hijau bagi vaksin hasil pengembangan raksasa farmasi AS dan Jerman tersebut, dilansir Reuters.


Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler