Wapres: Praktik Plasma Konvalesen Tunjukkan Efikasi Tinggi
Penyintas Covid-19 didorong mendonorkan plasma konvalesen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan transfusi plasma konvalesen dari penyintas kepada pasien Covid-19 dengan gejala berat dan kritis memiliki tingkat efikasi cukup tinggi. Karena itu, Ma'ruf berharap para penyintas Covid-19 mendonorkan plasma konvalesen untuk membantu kesembuhan pasien Covid-19 yang saat ini tengah dirawat di berbagai rumah sakit.
"Hasil penelitian maupun praktik penggunaan plasma konvalesen di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh PMI dan Kementerian Kesehatan, serta beberapa Rumah Sakit utama di Jakarta, Yogyakarta dan Malang juga menunjukkan efikasi yang tinggi, yaitu antara 60 persen sampai 90 persen," ujar Ma'ruf dalam acara Pencanangan Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen secara daring, Senin (18/1).
Ma'ruf menjelaskan, terapi ini menggunakan konsep pemberian plasma dari penyintas Covid-19 yang mengandung antibodi terhadap SARS-Cov-2 kepada penderita Covid-19 agar antibodi ini dapat menetralisasi virus pada pasien tersebut. Selain itu, terapi plasma konvalesen ini sudah diterapkan dalam mengatasi penyakit akibat virus lain yakni ebola dan merupakan terapi yang direkomendasikan WHO pada 2014.
Ia mengatakan, terapi ini juga diterapkan beberapa negara seperti Hong Kong saat terjadi wabah SARS-CoV-2 pada 2003, H1N1 pada 2009-2010, dan MERS-CoV pada 2012. Sementara, terapi plasma konvalesen untuk pasien Covid-19 sudah dilakukan di China, Argentina dan Amerika Serikat.
"Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada Agustus 2020 juga sudah mengizinkan penggunaan plasma konvalesen sebagai salah satu terapi bagi penderita Covid-19," kata Ma'ruf.
Karena itu, ia menyambut baik dan mengapresiasi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan beserta jajarannya serta Palang Merah Indonesia mencanangkan gerakan donor darah plasma konvalesen. Sebab, meski memiliki efikasi cukup tinggi, namun, jumlah calon donor penyintas Covid-19 masih kecil saat ini.
Berdasarkan perhitungan PMI, jumlah calon donor penyintas Covid-19 yang sedang sampai berat hanya sekitar 5-10 persen dari jumlah pasien yang sembuh, atau sekitar 35.900-71.800 penyintas Covid-19.
Di samping itu disebutkan bahwa total distribusi plasma konvalesen hingga tanggal 14 Januari 2021 sebanyak 7.680.
"Angka ini masih sangat kecil jika dibanding perkiraan jumlah penyintas Covid-19 yang memiliki potensi untuk menjadi donor plasma konvalesen," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pemanfaatan donor plasma konvalesen bagi kesembuhan pasien Covid-19 sangat tinggi. Muhajir mengungkap, hasil penelitian awal yang dilakukan RS Syaiful Anwar Malang, menunjukkan pemanfaatan dari plasma konvalesen ini bagi para pasien covid-19 sangat tinggi.
Khususnya, pasien yang menderita sakit tergolong berat yang diintervensi dgn plasma konvalesen, tingkat kesembuhannya mencapai 100 persen. Sedangkan yang berstatus kritis angka kesembuhannya mencapai 85 persen.
"Maka dengan demikian penelitian awal ini sudah bisa menjadi alat penduga bahwa penggunaan plasma konvalesen untuk kepentingan penyembuhan penderita Covid-19 sangat bermakna," ungkapnya.
Ia juga berharap dengan tranfusi donor plasma ini akan mengurangi waktu rawat dan kepadatan pasien Covid-19 dengan gejala sedang sampai berat di rumah sakit serta dapat mengurangi resiko kematian.
"Oleh sebab itu, menindaklanjuti apa yang telah diarahkan oleh Bapak Presiden maka pada hari ini Pemerintah Indonesia bersama Palang Merah Indonesia mencanangkan sebuah gerakan nasional untuk donor plasma konvalesen, terutama bagi para penyintas covid-19 yang memenuhi syarat," ungkapnya.