Akhlak Buat Manusia Terhormat
Akhlak, etika, dan moral memiliki landasan masing-masing yang bisa saling menguatkan
SUARA MUHAMMADIYAH -- Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlaq, baik berupa perintah untuk berakhlaq yang baik, serta pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang melaksanakan perintah tersebut.
Tidak jarang juga ada ayat yang melarang manusia untuk berakhlaq buruk dan tercela, karena akhlaq yang buruk dapat mengakibatkan kerusakan dan dosa bagi mereka yang melanggarnya. Oleh sebab itu tidak diragukan lagi bahwa banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an tentang akhlaq ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlaq di dalam Islam.
Definisi akhlaq menurut Imam al-Ghazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan secara mudah dan gampang, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ia muncul secara spontan dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dari keterangan tersebut jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pertimbangan dan dorongan dari luar.
Sekalipun dari definisi di atas kata akhlaq bersifat netral, belum menunjukkan kepada baik dan buruk, tapi pada umumnya apabila berdiri sendiri, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlaq yang mulia.
Misalnya bila ada seseorang yang berlaku tidak sopan dan tidak tahu malu, tentu kita akan berkata kepadanya, “Kamu tidak berakhlaq”. Padahal tidak sopan dan tidak tahu malu itu adalah akhlaqnya. Tentu yang kita maksud adalah kamu tidak memiliki akhlaq yang mulia, dalam hal ini sopan dan rasa malu.
Di samping istilah akhlaq, juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah tersebut sama-sama menentukan nilai baik atau buruk dari sikap dan perbuatan manusia.
Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlaq standarnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah; bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
Sekalipun dalam pengertian antara ketiganya dapat dibedakan, namun dalam perbincangan sehari-hari dan bahkan dalam beberapa literatur keislaman, penggunaannya sering tumpang tindih.
Maka dari buku yang berjudul Kuliah Akhlaq ini, penulis ingin memperjelas definisi, posisi, dan kedudukan akhlaq demi terwujudnya masyarakat yang damai, toleran, dan berintegritas sosial yang tinggi. Ajaran akhlaq dalam sangat meperhatikan kenyataan hidup manusia.
Meskipun manusia disebut sebagai makhluk yang memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia tetap memiliki kelemehan dan kekurangan. Oleh karena itu Islam mendorong manusia untuk berakhlaq mulia. Berlaku jujur, adil, bertanggungjawab, menepati janji, berintegritas, dan lain sebagainya.
Kejujuran dalam ekonomi sama dengan kejujuran dalam politik, kejujuran terhadap non-Muslim sama dituntutnya dengan kejujuran terhadap diri dan keluarga sendiri. Kebencian terhadap musuh tidak boleh menyebabkan kita untuk tidak berlaku adil.
Akhlaq Islam benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya. Demikianlah sebagian dari karakteristik akhlaq dalam Islam yang uraiannya secara lebih terperinci akan pembaca temui di buku ini. (Diko Ahmad Riza Primadi)
Judul Buku: Kuliah Akhlaq
Penulis: Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.
Ukuran: 15 x 23 cm
Tebal Novel: x + 262 hlm
Cetakan: Pertama, Oktober 2020
Penerbit: Suara Muhammadiyah