Jepang Diprediksi Capai Kekebalan Kelompok Usai Olimpiade

Jepang diprediksi tidak mencapai tingkat vaksinasi 75 persen hingga Oktober

EPA-EFE / FRANCK ROBICHON
Petugas menunggu para penumpang untuk melakukan check-in di Bandara Internasional Haneda di Tokyo,Jepang,Kamis (14/1). Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan larangan masuk ke Jepang akan berlaku untuk semua warga negara asing non-residen mulai dari 14 Januari hingga 07 Februari hal itu sebagai tindakan pencegahan dan peningkatan besar kasus Covid-19EPA-EFE / FRANCK ROBICHON
Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang melalui vaksinasi massal kemungkinan akan mencapai kekebalan kelompok terhadap Covid-19 pada Oktober, yaitu beberapa bulan setelah Olimpiade Tokyo direncanakan diselenggarakan. Hal itu dikatakan pengamat yang berbasis di London.

Baca Juga


Kekebalan massal di Jepang itu baru akan terwujud pada Oktober kendati Jepang telah mengamankan vaksin dalam jumlah terbesar di Asia, menurut Rasmus Bech Hansen, pendiri perusahaan penelitian Inggris, Airfinity.

Keadaan itu akan menjadi pukulan bagi Perdana Menteri Yoshihide Suga, yang telah berjanji untuk menyediakan dosis vaksin dalam jumlah cukup pada pertengahan 2021 bagi penduduknya. Jepang mengikuti jejak sebagian besar negara maju dalam memulai vaksinasi Covid-19.

"Jepang kelihatannya agak terlambat," kata Rasmus Bech Hansen.

"Mereka bergantung pada impor banyak (vaksin) dari AS. Dan saat ini, tampaknya tidak mungkin mereka akan mendapatkan dalam jumlah yang sangat besar, misalnya, vaksin Pfizer."

Hansen mengatakan Jepang tidak akan mencapai tingkat vaksinasi 75 persen, tolok ukur kekebalan kelompok, hingga sekitar Oktober, sekitar dua bulan setelah penutupan Olimpiade Musim Panas. Jepang telah mengatur untuk membeli 314 juta dosis dari Pfizer, Moderna Inc dan AstraZeneca Plc, dan itu akan lebih dari cukup untuk populasi 126 juta. Namun, masalah yang terlihat dalam peluncuran vaksin di negara-negara lain menimbulkan keraguan bahwa Jepang akan mendapatkan pasokan vaksin tepat waktu.

 

Taro Kono, kepala program vaksin Jepang, pekan lalu mengatakan negaranya akan memulai suntikan pertama pada Februari, dimulai dengan 10.000 pekerja medis. Tetapi, ia memundurkan perkiraan soal mengamankan pasokan vaksin yang cukup menjadi Juni.

Jepang sangat rentan karena rencana inokulasi awalnya bergantung pada dosis Pfizer, yang berisiko diambil kembali oleh otoritas AS untuk melawan pandemi di sana.

"Tidak ada cukup vaksin untuk semua negara yang membuat perjanjian dengan Pfizer," kata Hansen.

"Amerika membutuhkan 100 juta lebih vaksin Pfizer agar berada di sisi yang aman untuk mencapai tujuan mereka, dan banyak dari 100 juta itu akan diambil dari jatah Jepang."

Pfizer telah menyatakan bahwa pihaknya sedang berupaya meningkatkan kapasitas untuk memenuhi permintaan global. Perusahaan farmasi itu bertujuan memproduksi sekitar dua miliar dosis vaksin pada 2021.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler